SOLOPOS.COM - Kendaraan melintas di depan gang RT 004/RW 002, Dukuh/Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Kamis (19/5/2022). Di satu gang tersebut, banyak nama atlet panahan profesional. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom dikenal sebagai gudangnya atlet panahan. Terutama di wilayah Dukuh/Desa Bonyokan, RT 004/RW 002, Kecamatan Jatinom.

Selain atlet, kampung itu juga menelurkan pelatih hingga ofisial cabang olahraga panahan. Salah satu atlet profesional dengan prestasi gemilang, yakni Alviyanto Bagas Prastyadi, 20. Bagas bersama tim panahan beregu putra baru saja meraih medali emas untuk kontingen Indonesia pada SEA Games 2021 di Vietnam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak sedikit atlet dari kampung itu yang akhirnya sukses lantaran berprestasi pada olahraga panahan. Ada yang meniti karier sebagai PNS, ada pula yang masih aktif sebagai ofisial olahraga panahan, seperti pelatih, wasit, dan lain-lain di tingkat daerah maupun nasional.

Salah satunya Ibnu Marwata, 50, warga asli Bonyokan. Berkat panahan, pria yang pernah menjadi atlet nasional itu menjadi PNS dan kini menjabat kepala sekolah Provinsi Sumatera Selatan. Ibnu menjabat sebagai Ketua Bidang Perwasitan dan Perlombaan Pengurus Besar Persatuan Panahan Indonesia (PB Perpani).

Ibnu mengakui kontribusi warga Bonyokan pada cabang olahraga panahan cukup besar. Dia mencontohkan pada PON XX Papua yang digelar 2021, setidaknya ada delapan warga dari satu gang RT 004/RW 002, Dukuh Bonyokan yang berangkat ke Papua sebagai atlet, pelatih, maupun ofisial.

Baca Juga: Bagas Pemanah Klaten Sabet Emas SEA Games, Ini Pesan Ibu dan Pelatih

“Setelah PON kemarin, orang sekampung di sini memakai kaus PON semua,” kata Ibnu saat ditemui Solopos.com di Dukuh Bonyokan, Kamis (19/5/2022).

Sebelum Bagas, banyak atlet panahan profesional yang lahir dari Bonyokan. Seperti nama Heri Febriyanto, Didik, serta Bambang Wisnu.

“Bambang Wisnu itu pemegang rekor nasional ronde tradisional dan sampai saat ini rekornya belum terpecahkan. Kebetulan Bagas itu masih keponakan dengan Bambang Wisnu,” jelas Ibnu.

Ibunda Bagas, Kusmiyati juga mantan atlet panahan andalan Jateng. Kusmiyati pernah memperkuat tim panahan Jateng di ajang PON Kalimantan (2008) dan PON Riau (2012). Prestasi tertinggi Kusmiyati di PON yakni meraih medali perunggu.

Baca Juga: Wow Luar Biasa, Panahan Indonesia Sapu Bersih Empat Emas SEA Games 2021

Saking banyaknya atlet berbakat asal Bonyokan, tak sedikit yang diminta jasanya untuk membela daerah lain di Indonesia pada ajang PON.

“Karena banyaknya atlet Jateng terutama di Klaten. Ketika berada di lokal sulit naik. Tetapi ketika keluar daerah, mereka bisa berprestasi,” ungkap dia.

Ibnu mengatakan hampir setiap rumah di RT 004/RW 002, Dukuh Bonyokan ada medali yang dipajang lantaran ada penghuni rumah berprestasi pada olahraga panahan.

“Paling banyak sepertinya di rumahnya Bagas,” jelas Ibnu.

Tradisi mencetak atlet panahan profesional di Jatinom terutama dari Bonyokan itu dimulai pada 1980-an. Kepala Desa Bonyokan kala itu bernama Sugiharto, mulai mengembangkan dan mendidik atlet panahan pada jalur prestasi dari semula panahan tradisional.

Baca Juga: Menengok Desa Bonyokan Klaten, Kampung Pencetak Atlet Panahan Tingkat PON hingga Olimpiade

Trio Srikandi

Guna menumbuhkan minat dan semangat warga Jatinom, atlet panahan nasional didatangkan ke Jatinom. Seperti Trio Srikandi pemanah Nurfitiriyana Saiman Lantang, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani, peraih medali perak pada Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Ibnu menilai hingga kini tak sulit untuk mencetak atlet panahan dari Bonyokan. Pasalnya, saban hari mereka melihat orang berlatih panahan.

Minat anak-anak Bonyokan pada cabang olahraga tersebut masih tinggi. Alhasil, dia meyakini bakal bermunculan atlet panahan profesional lainnya dari Bonyokan setelah Bagas.

“Minat terhadap panahan di sini luar biasa. Apalagi ketika ada atlet yang berprestasi. Seperti prestasi yang diperoleh Bagas. Ini akan menumbuhkan minat yang luar biasa kepada anak-anak untuk berlatih panahan agar bisa seperti Bagas. Apalagi dengan apresiasi yang diberikan pemerintah, minat untuk panahan tetap tinggi,” jelas Ibnu.

Baca Juga: Membanggakan! Giliran Pemuda Jatinom Klaten Sumbang Emas di SEA Games

Tradisi

Ketua Perpani Klaten, Joko Siswanto, juga mengatakan tradisi mencetak atlet panahan profesional diawali dari mantan Kepala Desa Bonyokan bernama Sugiharto sejak 1982 bersamaan dengan listrik masuk desa.

Sejak masa itu, banyak warga Jatinom yang berlatih panahan hingga menjadi atlet profesional. Hingga kini, panahan masih menjadi salah satu olahraga populer terutama di Jatinom.



“Mantan pelatih nasional itu banyak yang menyelenggarakan latihan di Jatinom. Tempat latihannya ada di Lapangan Bonyokan dan ada yang di Desa Pandeyan. Orang tua di sana itu punya putra duduk di bangku SD memiliki semangat tinggi untuk menjadikan anak mereka sebagai atlet,” kata Joko yang juga warga Kecamatan Jatinom saat ditemui Solopos.com di Klaten Tengah, Jumat (20/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya