SOLOPOS.COM - Menjemur kedelai-Djumadi sedang menjemur kedelai di halaman rumahnya, Minggu (1/5). Kedelai yang merupakan salah satu bahan untuk susu nabati buatannya, yang merupakan salah satu bahan minuman kesehatan Kaleyo. (Espos/Ayu Abriyani KP)

Minuman sari kedelai yang sering disebut susu kedelai sudah banyak ragamnya di pasaran saat ini. Tapi pernahkah Anda mencoba Kaleyo?
Minuman ini berbahan dasar kedelai, kacang hijau dan bekatul, hasil kreasi Djumadi, warga Sragen yang tinggal di Jl Pungkruk-Gabugan km 5, RT 2 Nglombo Tenggak, Kecamatan Sidoharjo. Mantan guru SD itu senang mencoba-coba usaha yang bisa diwariskan untuk anak dan cucu.

MENJEMUR KEDELAI -- Djumadi sedang menjemur kedelai di halaman rumahnya, Minggu (1/5). Kedelai yang merupakan salah satu bahan untuk susu nabati buatannya, yang merupakan salah satu bahan minuman kesehatan Kaleyo. (Espos/Ayu Abriyani KP)

Ia mendapat ide membuat susu nabati yang diberi nama Kaleyo tersebut saat mengikuti pelatihan di Surabaya, 1997 silam. Saat itu, ia diberi pelatihan cara beternak jangkrik dan membuat nutrisi dari campuran kedelai, kacang hijau serta bekatul.
Iseng-iseng, ia menyicipi campuran dari bahan-bahan itu dan rasanya enak. Ia kemudian berpikir untuk mengembangkan campuran tersebut sebagai susu nabati yang bisa dikonsumsi manusia.
Ia lalu bereksperimen selama tiga tahun untuk menciptakan takaran yang pas dengan membandingkan susu kedelai yang sudah beredar di pasaran. Ia juga membaca beberapa buku kesehatan terbitan luar negeri untuk mendukung penelitiannya.
Djumadi mulai berani memasarkan produknya tahun 2000 dengan kemasan kotak sederhana berisi 250 gram bubuk susu yang dijual dengan harga Rp 15.000. Ia kemudian mengubah kemasan yang lebih baik, tetapi dengan isi 200 gram untuk satu kotak. Susu yang dinamakan Kaleyo itu adalah singkatan dari bekatul, kacang kedelai dan kacang hijau.
“Saya tidak berhenti disitu, saya terus memperbaiki produk sesuai kemauan pasar. Walaupun saat ini saya tidak turun langsung untuk membuatnya, saya tetap mengawasi proses pembuatan agar kualitas tetap terjaga,” paparnya.
Saat ini ia kewalahan memenuhi permintaan pasar yang mencapai 200-500 dus setiap hari, sedangkan rata-rata per hari ia hanya bisa memproduksi sekitar 200 dus. Ia pun telah memiliki 500 agen yang tersebar di seluruh Indonesia.
Untuk produksi, ia masih menggunakan mesin sederhana, seperti oven untuk mengeringkan kedelai dan kacang hijau serta mesin giling. Dalam hal pengemasan, ia meminjam alat dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sragen. Bahan baku kacang hijau dan kacang kedelai berasal dari Purwodadi, sedangkan bekatul dari wilayah Sragen.
Djumadi memasarkan produknya lewat internet dan memberi minuman gratis saat pameran serta orang-orang yang membeli sate kambing di warung miliknya. “Saya tidak menyangka produk susu nabati ini akan dikenal di masyarakat. Saya berencana mengembangkan dengan kemasan sachet dan kemasan 400 gram. Saya juga ingin produk ini bisa diekspor. Saat ini pesaing saya hanya dari China, karena dari segi pengemasan lebih menarik,” ungkapnya.
Ia menambahkan, dalam menghadapi persaingan di pasar ia tetap menjaga kualitas dengan pengawasan langsung, selektif dalam memilih bahan baku serta pengolahan yang higienis. Kini, ia mewariskan usaha itu kepada anak bungsunya, Yohanes Whage Sugama.
Djumadi berharap anaknya bisa membantunya, memiliki keterampilan serta mandiri. “Jika mengandalkan pekerjaan sebagai pegawai negeri dan tidak memiliki keterampilan, maka sulit untuk hidup sejahtera,” pungkasnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

m91

Ekspedisi Mudik 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya