SOLOPOS.COM - Lima orang perwakilan dari 64 keluarga di 11 kecamatan menerima piagam penghargaan secara simbolis dari Pemkab Sragen lantaran mereka berhasil terentaskan dari kemiskinan, Kamis (8/12/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Persentase penduduk miskin di Sragen 2022 mengalami penurunan signifikan, yakni mencapai 0,89%  bila dibandingkan dengan angka persentase 2021. Persentas kemiskinan di Sragen pada 2021 mencapai 13,83%, turun menjadi 12,94% berdasarkan data kemiskinan yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada akhir November 2022.

Penurunan angka kemiskinan di Sragen terhitung tertinggi kedua di Soloraya setelah Kabupaten Klaten, mengalahkan Kota Solo. Bila dilihat angka persentasenya, kemiskinan di Sragen masih tertinggi di Soloraya, yakni di angka 12,94% sedangkan Klaten berada di 12,33%. Namun, kalau dilihat dari jumlah penduduk miskinnya, Klaten tertinggi di Soloraya dan Sragen masih di bawah Klaten. Jumlah penduduk miskin di Klaten sebanyak 144.870 jiwa sedangkan penduduk miskin di Sragen sebanyak 115.140 jiwa.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sragen, Cahyo Kristiono, Jumat (9/12/2022), menerangkan penghitungan kemiskinan kabupate/kota menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Pada pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

Sumber daya yang digunakan BPS dalam menghitung kemiskinan kabupaten/kota di 2022 mengacu pada data Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) Konsumsi Pengeluaran Maret 2022. Sebagai penimbangnya, BPS menggunakan hasil proyeksi penduduk dari data survei penduduk antarsensus 2015.

Baca Juga: Bermodal Rp500.000, Mantan KPM PKH di Sragen Kini Miliki 3 Warung Mi Ayam

Kabid Pemerintahan Pembangunan Manusia dan Kewilayahan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Sragen, Dwi Cahyani, mengungkapkan tingginya penurunan persentase penduduk miskin di Sragen itu bukan karena Program Desa Tuntas Kemiskinan (Tumis). Pasalnya program ini baru berjalan di satu desa, yakni Desa Jabung, Kecamatan Plupuh.

Dwi menerangkan kemiskinan itu dihitung menggunakan konsep ekonomi, terutama aspek pendapatan yang lain. Artinya, jelas Dwi, angka kemiskinan itu diukur dengan garis kemiskinan.

“Garis kemiskinan merupakan pendapatan minimum untuk memenuhi kebutuhan. Semakin banyak penduduk yang pendapatannya berada di atas garis kemiskinan maka yang miskin makin sedikit sehingga kemiskinan turun. Nilai garis kemiskinan di Sragen itu Rp389.265 per orang per bulan. Kalau pendapatan lebih dari angka itu dianggap tidak miskin,” jelasnya.

Sragen Kalahkan Rata-Rata Jateng

Dwi mengatakan penurunan persentase penduduk miskin di Sragen menggembirakan karena lebih tinggi dari rata-rata Jawa Tengah yang turun 0,86%. Dalam posisi di Jateng, kemiskinan di Sragen masih menempati urutan ke-28 dari 35 kabupaten/kota. Kemiskinan tertinggi di Jateng ada di Kebumen dengan 16,41% dan terendah di Kota Semarang yakni 4,25%.

Baca Juga: Sip, Terentaskan dari Kemiskinan, 64 Keluarga di Sragen Diwisuda Bupati

Dwi mengatakan faktor lain yang mempengaruhi turunnya kemiskinan itu setidaknya ada tiga program intervensi yang dilakukan Pemkab Sragen. Pertama adalah bantuan ekonomi produktif (UEP). Kedua, pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Terakhir, padat karya.

Dia mengatakan adanya graduasi atau penurunan jumlah keluarga penerima manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) itu merupakan wujud intervensi dengan pendekatan UEP dan pemberdayaan UMKM.

Terpisah, Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, berbangga karena penurunan kemiskinan di Sragen cukup tinggi. Dia menargetkan turunnya angka kemiskinan di Sragen harus mencapai satu digit pada 2023 karena pendekatan Desa Tumis itu efektif. Selain itu, bantuan UEP dengan kolaboratif lintas organisasi perangkat daerah (OPD) dinilai berjalan efektif. Dia berani memasang target kemiskinan Sragen berada 9%-10% pada 2026.

Baca Juga: Peduli Kemiskinan Sragen, Sejumlah Kontraktor Jateng Rehab 30 RTLH di Plupuh

“Seperti KPM PKH yang benar-benar punya embrio usaha difasilitasi dengan modal. Yang tidak mau tetap terus didampingi sampai mereka sadar untuk usaha sendiri. Ketika pendamping melakukan asesmen itu arahnya mendorong KPM untuk punya usaha sendiri. Sepanjang masyarakat mau gotong-royong dan mengubah mind set dan didukung dengan dana CSR maka kemiskinan bisa ditekan sedemikian rupa,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya