SOLOPOS.COM - Gubernur Bali, I Wayan Koster. (Dok. Solopos.com/Antara)

Solopos.com, DENPASAR — Gubernur Bali, I Wayan Koster, mengungkapkan kekesalannya soal kain endek asli Bali yang diproduksi di luar Pulau Dewata, tepatnya di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng).

Menurutnya, pembuatan kain endek di wilayah Jateng itu merupakan bagian dari mengambil warisan budaya masyarakat Bali.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini sudah menjengkelkan, produk budaya kita diambil. Warisan budaya kita diambil, dikembangkan sebagai suatu perekonomian di luar. kemudian, produknya dijual ke kita, lantas kita beli pula, jadi hilang berapa kita,” ujar Koster dikutip dari Detik.com, Selasa (28/9/2021).

Baca jugaFoto Kain Troso Jepara Mejeng di Semarang

Menurut Koster, tindakan memproduksi kain endek di luar dan menjual lagi ke Bali tidak bisa dibenarkan. Koster mengaku tidak akan membiarkan ini hal semacam ini terjadi secara terus-menerus.

“Ini tidak bisa dibiarkan. Kalau ini dibiarkan ke depan lama-lama orang Bali itu hanya akan menjadi penonton. Terutama yang di perkotaan itu akan sudah digeluti orang-orang dari luar. Pelaku-pelaku kita ini akan minggir dia akhirnya ke gunung-gunung,” jelasnya.

Menurut Koster, jika kondisi ini terus dibiarkan, orang Bali akan seperti Suku Baduy di Banten dan Betawi di Jakarta yang sudah terpinggirkan. Ia menyebut masyarakat Bali sangat berpotensi seperti Baduy dan Betawi.

“Bali kalau tidak dikawal dengan baik, kita protect dengan baik, berpotensi besar [terpinggirkan], apalagi kita sebagai destinasi wisata. Jadi [produksi kain endek di luar Bali] ini enggak bisa dibiarkan. Saya paham politik, jadi Bali harus diproteksi secara politik, secara ekonomi, secara sosial dan terutama juga ideologi,” ungkap Koster.

Baca jugaUnggul Pilkada Bali, Wayan Koster Janji Batalkan Reklamasi Teluk Benoa

Terlebih menurut Koster, Bali memiliki luas wilayah yang sangat kecil. Pulau ini hanya memiliki luasan sekitar 5.646 kilometer persegi dengan 4,3 juta penduduk, 9 kabupaten/kota, 636 desa, 80 kelurahan, dan 1.493 desa adat.

“Kalau wilayah kita yang kecil ini cuma sedikit dibombardir dengan produk impor, pasar kita ini habis. Akhirnya para produsen kita di Bali ini tergusur kalah daya saing. Sudah kita kecil (kemudian) pasarnya diambil, udah gitu kita pula jadi pembelinya,” kata dia.

“Pakai endek, ternyata endeknya bikinan dari Troso, Jawa Tengah [Jateng]. Jadi kalau pakai endek jangan dulu bangga-bangga, cek dulu endek dari mana ini barang.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya