SOLOPOS.COM - Arif Budisusilo (Istimewa)

Kota Solo, Minggu 11 Desember besok, pasti akan sibuk sekali. Entah seperti apa, yang pasti kota yang – saya suka menyebutnya – menjadi episentrum politik nasional itu pasti akan berjubel lautan manusia.

Setiap hari Minggu pagi, Jl. Slamet Riyadi memang sudah berjubel manusia. Ada yang jalan kaki, ada yang jogging, bersepeda juga. Semua ada. Ya karena memang saban hari Minggu jalan utama kota Solo itu dimanfaatkan untuk car free day alias CFD. Sampai pukul 09.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dan setiap ada kerumunan pasti ada geliat ekonomi. Yang pasti banyak sekali lapak-lapak tiban di sepanjang Jl. Slamet Riyadi setiap Minggu pagi. UKM dan UMKM ramai-ramai membuka lapak jualan. Di sisi utara dan selatan jalan. Sudah pasti, CFD minggu pagi itu menggerakkan ekonomi. Meskipun skalanya hiperlokal. Di sepanjang jalan utama kota Solo itu.

Nah, bayangkan hari Minggu, 11 Desember besok. Apa yang akan terjadi? Kerumunan yang terjadi diperkirakan akan jauh melampaui rutinitas CFD. Skalanya pasti jauh lebih besar. Dan lebih nasional. Bahkan bisa jadi akan mendapatkan sorotan internasional. Bukan hanya di pagi hari, bahkan sampai malam hari.

Ekspedisi Mudik 2024

Pasalnya, hari itu ada magnet spesial. Ada resepsi ngundhuh mantu pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Sofia Gudono, yang dirayakan bak “royal wedding“.

Mas Kaesang, putra bungsu Presiden Joko Widodo, dijadwalkan melangsungkan akad nikah di Yogyakarta pada 10 Desember. Esoknya, Minggu 11 Desember, acara ngundhuh mantu digelar di Solo yang dibalut dengan acara adat dan pesta rakyat. Titik pusat aktivitas bermula dari upacara adat di Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. Lantas prosesi berlanjut dengan iring-iringan kereta kencana menuju Pura Mangkunegaran, tempat jamuan para tamu undangan.

Tentu, kirab pengantin akan melalui Jl. Slamet Riyadi dan melewati Ngarsopuro, kawasan di depan Pura Mangkunegaran, yang kini sudah disulap menjadi Malioboro-nya Solo. Di sepanjang jalan yang dilalui iring-iringan itu, bisa jadi akan berkumpul lautan manusia. Panitia pernikahan Mas Kaesang bahkan siap menyediakan ribuan suvenir dan paket makanan untuk dinikmati masyarakat.

Ada aneka pertunjukan di beberapa titik di seputar lokasi, dan ada ribuan sukarelawan yang juga diundang menghadiri pernikahan Mas Kaesang itu.

Maka, saya membayangkan, bukan hanya mempelai dan keluarga Pak Jokowi beserta keluarga besannya yang berbahagia. Tapi rakyat biasa juga turut berpesta. Berbagi kebahagiaan. Berbagi suvenir dan beraneka makanan.

Bagi saya, gambaran itu bisa saja disebut sebagai “gastrodiplomacy“. Dalam lingkup yang lebih membumi. “Diplomasi lokal” ala keluarga Pak Jokowi.

Gastrodiplomacy belum lama ini juga dijalankan pemerintahan Presiden Jokowi dalam menyukseskan Pertemuan Puncak alias KTT G20 di Bali.  Bahkan Pak Jokowi sempat berkunjung ke Ukraina dan Rusia bersama Ibu Negara Iriana, demi membuka jalur rantai pasok pangan dan energi, beberapa bulan menjelang KTT.

Diplomasi kulineran bahkan sudah dimulai sebelum KTT G20 berlangsung. Kemenko Perekonomian di bawah komando Airlangga Hartarto bersama Kementerian Luar Negeri yang dinahkodai Retno Marsudi saat menggelar Sherpa Meeting ke-4 pada 11-14 November diawali dengan Sunset Welcome Reception di Sunset Bar Lawn, InterContinental Bali Resort, Bali. Para undangan dijamu dengan konsep Nusantara Culinary Journey yang membawa para delegasi berkeliling Indonesia melalui beragam hidangan yang disajikan.

Maka pertemuan yang dihadiri seluruh delegasi Sherpa G20 dan perwakilan organisasi internasional tersebut berhasil menyusun draft Leaders’ Declaration dari sisi Sherpa Track, yang menjadi bagian sangat penting dalam G20 Bali Leaders’ Declaration.

Puncak diplomasi kuliner adalah saat welcome dinner yang spektakuler menjamu para pemimpin G-20 di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, dengan bonus atraksi hiburan budaya Nusantara.

Hasilnya, meski semula banyak keraguan, pertemuan puncak G-20 menuai sukses besar. Bahkan, sejumlah media bisnis internasional seperti Bloomberg, Financial Times, dan The Economist bahkan mengglorifikasi sukses G-20 sebagai keberhasilan Indonesia kembali ke layar radar global. Amat jarang media-media itu mengglorifikasi forum-forum semacam itu, terlebih memberikan komplimen kepada individu negara selalu tuan rumah.

Padahal, sejumlah kalangan semula meragukan keberhasilan pertemuan puncak para pemimpin G-20. Pasalnya, situasi global sedang menghangat akibat konflik di Ukraina. Kondisi geopolitik global yang sedang tidak kondusif itu diperkirakan menjadi hambatan besar bagi keberhasilan Leaders Meeting G-20 di Bali. Malahan, beberapa hari menjelang pertemuan puncak, sejumlah pengamat memprediksi bahwa KTT Bali di bawah Presidensi Indonesia ini bakal gagal menghasilkan komunike bersama.

Namun hasil akhirnya justru mengejutkan. Para state leaders G-20 justru menyepakati deklarasi 52 paragraf yang diketok oleh Presiden Jokowi setelah makan siang, 16 November 2022 lalu.

Tentu ini catatan sejarah penting bagi Indonesia. “Alhamdulillah, kita dapat mengadopsi dan mengesahkan G20 Bali Leaders’ Declaration. Ini adalah deklarasi pertama yang dapat diwujudkan sejak Februari 2022,” kata Presiden Jokowi pada penutupan KTT bersejarah di Hotel Apurva Kempinski itu.

Keberhasilan perhelatan di Indonesia itu juga diikuti berkah bagi negara berkembang dengan peluncuran Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII). PGII yang diinisiasi Amerika Serikat tersebut berkomitmen menginvestasikan total dana US$600 miliar dalam bentuk pinjaman dan hibah untuk proyek infrastruktur berkelanjutan bagi negara berkembang.

Jepang juga menginisiasi Just Energy Transition Partnership (JETP), di mana Indonesia diberi komitmen pembiayaan mekanisme transisi energi sebesar US$20 miliar. Komitmen pendanaan ini diharapkan dapat mendorong percepatan dekarbonisasi di Indonesia.

Ada pula pembentukan dan operasionalisasi Resilient and Sustainability Trust di bawah Dana Moneter International (IMF) sebesar US$81,6 miliar, untuk membantu negara-negara yang menghadapi krisis.

Dalam catatan Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, keberhasilan Presidensi G20 itu membuktikan bahwa Indonesia memiliki kredensial untuk berperan makin besar dalam percaturan ekonomi-politik global. Bahkan dalam forum bergengsi tersebut, Indonesia mampu memunculkan ide-ide kreatif dan inovatif dengan memperhatikan kemaslahantan dunia, tidak partisan pada kelompok negara atau kawasan tertentu.

Indonesia juga dinilai mampu membuat terobosan-terobasan yang tidak pernah terpikirkan oleh negara-negara di dunia. Contohnya ajakan Presiden Jokowi untuk menghentikan perang dengan cara mengingatkan krisis besar akan dihadapi oleh dunia jika perang terus berlangsung. Pak Jokowi bukan meminta langsung agar perang berhenti. Bahkan Presiden Jokowi tanpa sungkan langsung mengontak kepala negara dan kepala pemerintahan agar hadir, kendati menghadapi situasi sensitif konflik di Ukraina. Ujungnya, kepiawaian Indonesia dalam berdiplomasi sangat diapresiasi dunia.

Tentu saja, hasil G-20 itu bukan hanya diukur dari posisi geopolitik dan kontribusi pada ekonomi global saja. Justru yang terpenting adalah dampak langsung bagi perekonomian Bali yang terpuruk selama dua tahun lebih.



Posisi presidensi Indonesia sebenarnya telah memberi manfaat jauh sebelum hari H perhelatan. Bahkan beberapa bulan menjelang pelaksanaan KTT G-20 pun, ekonomi Bali mulai menggeliat karena banyak pertemuan road to G-20 yang simultan diselenggarakan. Tidak hanya di Bali, tetapi juga di banyak kota lain di Indonesia termasuk di Jogja dan Solo.

Pada kuartal III/2022, ekonomi Bali tumbuh 8,09% dan kuartal IV diperkirakan menanjak lagi. Dengan demikian profil ekonomi Bali mampu melampaui ekonomi nasional yang tumbuh 5,72% pada kuartal ketiga tahun ini. Bahkan terjadi lonjakan signifikan dibanding kuartal kedua yang hanya tumbuh 3,05% dan selalu berada di bawah level pertumbuhan ekonomi nasional sejak pandemi Covid-19.

Maka lompatannya jelas. Pada tahun 2021, perekonomian Bali masih terkontraksi alias tumbuh negatif 2,47% dan berada di posisi buncit dari 34 provinsi. Sebaliknya, dengan pertumbuhan ekonomi 8,09% pada Q3/2022, Bali melonjak ke peringkat ketiga setelah Maluku Utara dan Sulawesi Tengah. Dalam catatan Bank Indonesia, rangkaian pertemuan G20 sendiri mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bali sebesar  1,17% sampai 1,51%. Belum multiplier effects atau dampak bergandanya. Jelas ekonomi Bali ngegas. Salah satu mesin pendorongnya adalah banyaknya pertemuan dan forum pra-KTT yang digelar sejak pertengahan tahun ini.

Saya dan para stakeholders Bank Indonesia yang mengikuti napak tilas diseminasi hasil G-20 Bali, Kamis (8/12/2022) mendapatkan konfirmasi bahwa sejak beberapa bulan sebelum hari-H, sekurangnya setiap 10 hari atau 2 pekan sekali, Bali kedatangan delegasi nasional dari berbagai kementerian dan delegasi asing yang melakukan pertemuan. Hasilnya, mobilitas pelaku bisnis di Bali menjadi sangat tinggi. Maka industri hospitality, kuliner dan transportasi mendapatkan berkahnya. Lihat saja sekadar contoh, data kunjungan dan hunian hotel yang terus meningkat.

Meski belum pada puncaknya, kunjungan turis dan hunian hotel Bali telah mencapai lebih dari separuh level sebelum pandemi. Angka kunjungan turis naik signifikan sejak Mei tahun ini, jauh di atas posisi tahun 2020 dan 2021.  Maka, dari Bali kembali ke Solo, saya melihat pesta rakyat 11 Desember nanti akan menebar dampak ekonomi yang besar tak hanya bagi Solo dan Soloraya. Diplomasi kuliner ala keluarga Presiden Jokowi ini, sangat boleh jadi, akan membawa efek berganda.

Saya mendengar salah satu jaringan media besar di Jakarta bahkan menerjunkan 60 kru untuk meliput peristiwa tersebut. Solo bisa jadi, akan semakin menjadi pusat perhatian. Dan, Pura Mangkunegaran, sebagai salah satu heritage yang kuat di Solo, akan mendapatkan sorotan luas dan semakin masuk layar radar pariwisata nasional dan internasional.

Dengan modal aksesibilitas dan konektivitas yang baik, disertai kreativitas Mas Wali Gibran mengelola kota, bukan tidak mungkin momentum ini kian memperkuat positioning Kota Solo. Bisa jadi, ke depan, Solo tidak hanya dipersepsikan sebagai episentrum politik nasional, tetapi juga semakin kuat bergeser menjadi episentrum ekonomi Indonesia. Nah, bagaimana menurut Anda?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya