SOLOPOS.COM - Ilustrasi kilang minyak (migas.esdm.go.id)

Kabinet Jokowi-JK diwarnai gadung menteri. Kepastian pengelolaan Blok Masela jadi taruhannya.

Solopos.com, JAKARTA — Indonesian Petroleum Association (IPA) menilai kepastian yang tak kunjung diberikan pemerintah pada pengajuan revisi rencana pengembangan (plan of development/PoD) menjadi kekhawatiran bagi pelaku usaha hulu minyak dan gas di Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah mengatakan secara umum kondisi industri hulu saat ini sedang sakit. Di negara lain, cara ekstrem seperti menutup lapangan hingga menerima kenyataan berada di ambang kebangkrutan menjadi kenyataan. Harga minyak yang membuat industri hulu terpukul ternyata bukan menjadi satu-satunya hal yang menghambat kepercayaan diri pelaku usaha.

Dalam konteks kepastian usaha, lambannya keputusan pemerintah terhadap Blok Masela menjadi kekhawatiran. Blok Masela, katanya, bukanlah proyek yang baru diajukan. Sejak 1998, investor yang tertarik telah menyatakan komitmennya. Namun, komitmen tersebut ternyata tak dilihat sebagai stimulus positif, justru menjadi pemantik gaduh politik yang melunturkan rasa optimistis.

“Blok Masela ini proyek yang sudah lama sekali dibahas di BP Migas, SKK Migas, dan pemerintah soal rencana pengembangannya. Kok setelah sekian tahun dipertanyakan lagi? Itu yang menjadi kekhawatiran,” ujarnya saat dihubungi Bisnis/JIBI, Kamis (3/3/2016).

Kekhawatiran itu pun lantas menyimpan pertanyaan bagi investor apakah proyek lainnya akan mengalami kesulitan yang sama. Sedangkan, ketidakpastian adalah komponen yang juga menyedot biaya. “Apa mungkin akan terjadi hal sama ke proyek yang lain? Jadi itu yang menjadi kekhawatiran,” katanya.

Inpex Corporation sebagai operator telah mengajukan PoD dengan cadangan terbukti sebesar 6,05 triliun kaki kubik (tcf) dan kapasitas (floating liquefied natural gas/FLNG) 2,5 juta ton per tahun selama 30 tahun. Sedangkan, produksi gas hanya 400 mmscfd, dan kondensat 8.100 barel per hari (bph).

Namun, Inpex merevisi proposal karena terdapat kemungkinan cadangan yang lebih besar, yaitu 10,73 juta kaki kubik (tcf). Hal itu menyebabkan kapasitas FLNG meningkat menjadi 7,5 juta ton per tahun selama 24 tahun. Produksi gas juga naik menjadi 1.200 mmscfd dan kondensat 24.460 bph. Dalam proposal baru ini, Blok Masela baru mulai berproduksi pada 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya