SOLOPOS.COM - Warga melakukan pembayaran nontunai menggunakan QRIS di salah satu lapak pelaku usaha kuliner di Jalan Rungkut Lor Gang II, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (8/2/2022). Pemkot Surabaya meresmikan kampung yang memiliki 71 pelaku UMKM dengan hasil produksi berbagai macam jajanan tersebut sebagai Kampung Wisata Kue guna meningkatkan perekonomian warga. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/nym.

Solopos.com, SOLO–Kota Solo menjadi kota dengan jumlah merchant Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) terbanyak di Soloraya.

Menurut data yang diterima Solopos.com dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kota Solo, jumlah merchant QRIS di Soloraya terus meningkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Data menunjukkan jumlah merchant QRIS Soloraya 36.881 merchant pada Desember 2019. Jumlah tersebut naik pada Desember 2021 menjadi 281.164 merchant dan 358.410 merchant pada Juli 2022.

Sebesar 26% dari total 358.410 merchant berasal dari Kota Solo. Berikut dengan Kabupaten Sukoharjo menempati urutan kedua kota/kabupaten di Soloraya dengan jumlah merchant QRIS terbanyak, sebesar 19%. Kemudian kabupaten Klaten sebesar 15%.

Kabupaten Karanganyar menempati urutan keempat kota/kabupaten di Eks Karesidenan Surakarta dengan jumlah merchant QRIS terbesar sebanyak 13%, Kabupaten Sragen sebesar 10%, Kabupaten Boyolali sebesar sembilan persen dan terakhir Kabupaten Wonogiri sebesar delapan persen.

Di Jawa Tengah sendiri, jumlah pengguna QRIS terus meningkat. Pada Desember 2021, baru ada 756.826 pengguna QRIS di Jawa Tengah.  Namun per Juli 2022, jumlah pengguna QRIS di Jawa Tengah bertambah menjadi 2.068.241 pengguna.

Sementara di Indonesia, BI mencatat jumlah pengguna QRIS di Indonesia pada Juli 2022 sebanyak 22.159.843 pengguna atau user.

Saat ini penggunaan QRIS ini telah menyasar sejumlah sektor, seperti warung makan, toko oleh-oleh, pasar modern, rumah sakit, tempat ibadah, pondok pesantren, perguruan tinggi, dan tempat ibadah.

Implementasi QRIS di pasar tradisional di Soloraya juga sudah berjalan. Antara lain di Pasar Gawok Sukoharjo, Pasar Singosaren, Pasar Nusukan, dan Pasar Triwindu Solo.

Sebelumnya, pada 2021 lalu, pembayaran nontunai di Soloraya melejit di masa pandemi Covid-19. Salah satu kenaikan ini diindikasikan dengan perkembangan jumlah merchant QRIS yang mencapai 201,35% (year to date).

Ketua Tim Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah dan Layanan Administrasi (SPPURLA) Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Gunawan Purbowo, mengatakan jumlah merchant QRIS menunjukkan peningkatan sebesar 201,35% (ytd) dari 36.604 pada 31 Desember 2019 menjadi 110.307 pada November 2020.

“Pertumbuhan merchant QRIS Soloraya yang paling melesat adalah Kabupaten Sukoharjo sebesar 285,66%. Ini diikuti Kota Solo 249,48%, Kabupaten Boyolali 201,11%, dan Kabupaten Karanganyar 181,65%,” ujar dia, beberapa waktu lalu.

Gunawan menjelaskan Kabupaten Wonogiri paling kecil pertumbuhan merchant QRIS di Soloraya, yakni 109,93%. Di sisi lain, pangsa merchant QRIS paling besar adalah Kota Solo sebesar 31,65%, disusul Sukoharjo 19,19%, Klaten 14,07%, Karanganyar 11,16%, Sragen 9,57%, Boyolali 7,83%, dan Wonogiri 6,98%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya