SOLOPOS.COM - ilustrasi

Solopos.com, WONOGIRI--Kasus kekerasan, termasuk kekerasan seksual, terhadap perempuan dan anak meningkat tajam pada momentum bulan Ramadan hingga pasca-Lebaran atau bulan Juli dan Agustus ini.

Berdasarkan data Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Wonogiri, selama Juli 2013 tercatat ada tujuh kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sedangkan pada Agustus, sampai Jumat (23/8), ada lima kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan anak. Padahal selama enam bulan semester I/2013 atau Januari-Juni, hanya ada 16 kasus kekerasan yang menimpa perempuan dan

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Koordinator P2TP2A, Ririn Riadiningsih, menjelaskan tren meningkatnya kekerasan, terutama kekerasan seksual, terhadap perempuan dan anak, pada sekitar bulan Puasa dan pasca-Lebaran, terjadi dari tahun ke tahun.

“Tahun ini begitu juga. Kami mencatat bulan Juli sampai pekan ke tiga Agustus ada 12 kasus. Tanggal 16-18 Agustus yang lalu, malah kami menangani pendampingan untuk empat kasus sekaligus. Trennya memang begitu. Dan korbannya kebanyakan anak-anak di bawah umur,” beber Ririn, saat ditemui solopos.com, di kantornya, Jumat (23/8/2013).

Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat tindak kekerasan perempuan dan anak meningkat pada Juli-Agustus. Di antaranya, interaksi dengan lebih banyak orang, banyaknya perantau, meningkatnya kebutuhan hidup, dan banyaknya hari libur bagi siswa sekolah. Sebagai contoh, salah satu kasus yang terjadi pada bulan Juli, seorang remaja putri usia SMP asal Kecamatan Puhpelem berhasil digagalkan saat hendak dibawa ke Semarang.

Anak tersebut menjadi korban tindak kejahatan seksual yang dilakukan oleh tiga orang, termasuk orang dari luar Wonogiri. Menurut Ririn, kasus ini terjadi ketika kegiatan di sekolah berkurang dan juga dipicu aktivitas orang luar masuk Kota Gaplek.

Lebih jauh, dia menambahkan tidak hanya selama Juli-Agustus, pada momentum tahun baru, tindak kekerasan, terutama kekerasan seksual, pada perempuan dan anak juga meningkat pada Tahun Baru. Pada momentum tersebut hubungan para remaja terkadang menjadi lebih bebas sehingga memancing terjadinya perilaku seksual menyimpang alias tidak sesuai usia. “Yang jelas semua pihak harus mewaspadai ini. Setidaknya keluarga harus mengawasi betul anak-anak mereka pada momentum-momentum itu,” imbuh dia.

Masih maraknya kejadian kekerasan pada anak, termasuk berupa kekerasan seksual, diakui Kasi Pidana Umum, Purjio, mewakili Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Wonogiri, Muhaji. Purjio, saat ditemui terpisah, mengungkapkan sedikitnya 20% kasus yang ditangani Kejari melibatkan anak sebagai korban. Padahal, semua kasus kekerasan anak yang masuk ke Kejari Wonogiri selalu berakhir pada vonis di Pengadilan Negeri. Faktanya, kasus semacam itu masih bermunculan.

“Ini saya dengar ada tiga kasus pencabulan, yang korbannya anak, segera masuk Kejari. Tapi berkasnya belum masuk. Padahal kan kasus-kasus sebelumnya selalu selesai sampai vonis. Heran juga mengapa masih ada terus,” ungkap Purjio. Dia menambahkan Kejari berkomitmen untuk menuntaskan semua kasus kekerasan, baik kekerasan seksual atau bukan. Apalagi jika kasus itu menimpa anak-anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya