SOLOPOS.COM - Ilustrasi kunci jawaban UN (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, KARANGANYAR — Jajaran Polres Karanganyar terus memburu anggota sindikat jual beli kunci Ujian Nasional (UN) berinisial H. Sindikat jual beli kunci jawaban UN tingkat SMA itu di diduga beroperasi lintas daerah.

Demikian disampaikan Kasatreskrim Polres Karanganyar, AKP Agus Sulistianto mewakili Kapolres AKBP Martirenni Narmadia ketika dihubungi Solopos.com, Selasa (22/4/2014). H, menurut dia diduga merupakan tenaga honorer salah satu sekolah swasta di wilayah Boyolali.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Seperti diberitakan Solopos.com, pengusutan kasus sindikat jual beli kunci jawaban UN tingkat SMA yang semula terungkap di Kabupaten Karanganyar telah meluas. Polres Karanganyar menangkap seorang tersangka baru yang menjabat sebagai Kepala Madrasah Aliyah (MA) swasta di Boyolali, MY.

Sebelumnya, polisi lebih dulu menangkap kepala SMK swasta di Boyolali, YS, serta seorang tenaga honorer, DW. Sindikat ini diketahui telah beraksi sejak beberapa tahun lalu.

“Total ada dua kepala sekolah yang kami tangkap dan satu tenaga honorer serta tiga tersangka lain.”

Kasatreskrim Polres Karanganyar AKP Agus Sulistianto mewakili Kapolres Karanganyar AKBP Martirenni Narmadia kepada wartawan saat gelar perkara di Mapolres Karanganyar, Senin (21/4/2014). mengatakan penangkapan MY merupakan hasil pengembangan penyelidikan aparat kepolisian atas kasus jual beli kunci jawaban UN. “Total ada dua kepala sekolah yang kami tangkap dan satu tenaga honorer serta tiga tersangka lainnya. Kepala sekolah MA dan SMK swasta di Boyolali,” ujarnya.

Kasatreskrim menerangkan dari keterangan DW dan tiga tersangka lainnya, masing-masing MRP, GM, dan JS, bahwa kunci jawaban ujian nasional diperoleh dari YS, seorang kepala SMK. Selanjutnya aparat kepolisian melakukan pemeriksaan terhadap tersangka YS dan diperoleh keterangan dirinya mendapat kunci jawaban melalui surat elektronik dari MY, seorang kepala MA.

“Meski tidak ditahan, YS dan MY menjalani wajib lapor. Praktik jual beli kunci jawaban ini sistemnya berjaring,” katanya.

Saat ini, Kasatreskrim mengatakan masih memburu keberadaan anggota sindikat lainnya berinisial H yang merupakan tenaga honorer. Lagi-lagi, Kasatreskrim menambahkan sindikat jaringan jual beli kunci jawaban berada di wilayah Boyolali, bukan di Karanganyar. Kabupaten Karanganyar dan wilayah lainnya di Soloraya, lanjutnya, hanya merupakan peredaran kunci jawaban ujian nasional.  Lebih lanjut Kasatreskrim mengatakan bocoran kunci jawaban yang dijual MY dan YS kepada DW, didapatkan dari H.

Menurut keterangan MY dan YS kepada penyidik, naskah bocoran kunci jawaban didistribusikan kepada keduanya via email. Pihaknya tak menampik sindikat jual beli UN melibatkan jaringan nasional. Aparat kepolisian akan memburu aktor utama penjualan kunci jawaban UN tersebut. “MY dan YS itu dapat bocoran dari H. Kemudian MY dan YS menyebarkan lewat DW, sedangkan DW meminta bantuan alumni dari sekolah tempatnya bekerja hingga tersebar di Karanganyar, Sragen, Boyolali dan Kota Solo,” tuturnya.

“Untuk akurasi jawaban ini kami sudah lakukan koordinasi dengan Kementrian Pendidikan atau panitia UN.”

Kasatreskrim menambahkan transaksi jual beli kunci jawaban UN dilakukan melalui email yang saat ini oleh kedua pelaku, MY dan YS telah memblokir email tersebut. Dari keterangan para tersangka, Kasatreskrim mengatakan sindikat ini telah beraksi sejak beberapa tahun lalu.

“Dari pengakuan DW juga menjual bocoran kunci jawaban pada UN tahun ajaran 2012/2013 dengan memanfaatkan jaringan alumni SMA di tempatnya mengajar,” imbuhnya.

Alumnus menawarkan nama-nama peserta UN yang potensial dijadikan korban berikutnya. Kasatreskrim mengatakan, pencarian terhadap H bakal menguak kasus yang diduga melibatkan oknum penyelenggara pendidikan tingkat nasional. Dikatakannya, dari keterangan DW bocoran kunci UN pada tahun 2013 lalu, akurasinya mencapai 80 persen. “Untuk akurasi jawaban ini kami sudah lakukan koordinasi dengan Kementrian Pendidikan atau panitia UN,” ujarnya.

Sementara dalam gelar perkara tersebut, aparat kepolisian juga menyita barang bukti berupa paket bocoran kunci jawaban soal Matematika, IPS, Sosiologi, Kimia dan IPA dengan masing-masing paket tersedia 20 pola.

Sementara itu saat ditanya wartawan, dua kepala sekolah yaitu YS dan MY diam seribu bahasa. Termasuk saat ditanya motifnya menjual bocoran kunci jawaban ke siswa, keduanya tetap diam membisu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya