SOLOPOS.COM - Lahan pertanian yang menjadi lokasi pengembangan budidaya tanaman porang seluas 17 hektare di Dusun Tritis, Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Selasa (9/11/2021). (Istimewa/Bagas Windaryatno)

Solopos.com, SUKOHARJO — Kalangan petani di Dusun Tritis, Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, menyulap lahan pertanian kurang produktif alias gersang menjadi sentra budidaya tanaman porang seluas 17 hektare. Lokasi itu kemudian dinamai Bukit Porang.

Tanaman porang dapat dijadikan beragam produk bernilai ekonomis tinggi. Budidaya tanaman porang menjadi primadona baru bagi kalangan petani di sejumlah daerah belakangan ini. Hal ini tak lepas dari tingginya harga jual umbi tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Umbi porang bisa diolah menjadi beragam produk bernilai jual tinggi seperti bahan baku tepung, kosmetik, bahan pembuatan lem, jelly, hingga obat-obatan. Di Sukoharjo, petani yang melakukan budidaya porang bisa dihitung jari.

Sebagian petani memilih menanam padi di lahan pertanian yang tak jauh dari sumber air. Sementara lahan pertanian di wilayah Sukoharjo bagian selatan seperti Kecamatan Bulu, Weru, dan Tawangsari kurang produktif lantaran minim suplai air.

Baca Juga: Asal Usul dan Sejarah Solo Baru yang Berawal Anggapan Ide Gila

Guna mengoptimalkan lahan pertanian kurang produktif, para petani yang tergabung dalam paguyuban Sahabat Petani Porang Sukoharjo di Bulu merintis budidaya tanaman porang. Mereka bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo untuk mengembangkan budidaya tanaman porang.

“Saya telah menyurvei lokasi budidaya tanaman porang di Desa Kamal, Kecamatan Bulu. Lokasi tersebut diberi nama Bukit Porang seluas sekitar 17 hektare,” kata Kepala DPP Sukoharjo, Bagas Windaryatno, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (9/11/2021).

Menurut Bagas, lokasi tersebut sangat cocok untuk budidaya tanaman porang lantaran lahannya cukup luas. Selain itu, para petani berkomitmen tinggi mengembangkan budidaya tanaman porang sebagai komoditas pertanian berorientasi ekspor.

Baca Juga: Siaga Banjir, Pemcam Polokarto Sukoharjo Siapkan Lokasi Pengungsian

Biaya Operasional

Hasil panen porang dalam wujud tepung bisa dieskpor ke luar negeri. Biaya operasional budidaya tanaman porang tak begitu tinggi. Sebelum ditanami porang, lahan harus diberi pupuk kandang untuk memperbaiki kesuburan dan struktur tanah.

“Petugas penyuluh lapangan [PPL] pertanian bakal melakukan pendampingan budidaya tanaman porang. Mereka bakal memantau pengembangan budidaya porang secara berkala,” ujarnya.

Mantan Camat Grogol itu menjelaskan prospek budidaya porang di Kabupaten Jamu tak kalah dibanding daerah lain di Soloraya. Apabila digarap serius, budidaya porang bisa mendatangkan keuntungan besar bagi para petani.

Baca Juga: Lagi, Warga Bantaran Mojolaban Sukoharjo Disasar Vaksinasi Covid-19

Bagas telah berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya ihwal budidaya porang pascapanen. Tak menutup kemungkinan, budidaya tanaman porang diperluas di lokasi lain di Sukoharjo seperti Bulu, Weru, Tawangsari.

Anggota DPRD Sukoharjo asal Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Hardi Widodo, mengatakan sebagian besar lahan pertanian di wilayah Bulu tak digarap pemiliknya. Mereka mengadu peruntungan dengan merantau ke luar daerah.

“Kondisi ini bisa dioptimalkan dengan menanam porang yang memiliki nilai jual tinggi di luar negeri”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya