JON KOPLO: Salah Jalur

Setelah mendapatkan pinjaman modal dari sebuah bank swasta di Jogja, Jon Koplo yang tinggal di Gunung Kidul ini membuka warung kelontong di rumahnya. Karena di kampungnya jarang ada warung, maka wajarlah kalau warung Jon Koplo laris manis, sehingga tiap bulan bisa nyicil pinjaman plus nitip duit ke bank.
Seminggu yang lalu dia bermaksud menyetorkan uangnya di bank sebesar dua juta rupiah. Dengan PD-nya dia masuk ke bank. Setelah mengisi formulir setoran, ia segera menuju antrean. Ada dua jalur antrean, yang satu antreannya banyak dan panjang, sedang satunya lagi hanya berisi dua orang. Tanpa pikir panjang, Koplo segera menuju ke antrean yang berisi dua orang itu. “Kene wae penak kok, ngapa ndadak antri suwe,” pikirnya sambil mengamati orang-orang yang antre mengular sajak ngece.
Dengan mantapnya Koplo mengambil posisi urutan ke tiga. Di depannya ada seorang bapak dan seorang ibu berpakaian perlente pertanda orang kaya. Sementara Koplo hanya kaosan dan pakai sandal jepit. Melihat pakaiannya yang agak ndesa itu, serta merta Pak Satpam Tom Gembus menghampiri dan menanyakan slip setoran. Setelah menunjukkan slip setorannya, Jon Koplo disuruh pindah antrean di jalur yang banyak antreannya. Ingin tahu kenapa? Karena jalur berisi dua orang itu untuk melayani nasabah dengan setoran minimal dua puluh lima juta rupiah.
Rupanya Koplo tadi tidak memperhatikan tulisan yang dipasang di antrean. maklum, ia baru kali pertama ke bank itu.
Dengan tersipu malu, Koplo pindah antrean yang panjang dan paling belakang, diawasi belasan pasang mata sambil tersenyum-senyum.

Anik Widayati, Guru SD Candirejo I Semin, Gunungkidul, DIY 55854

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi