SOLOPOS.COM - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi),(Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Dewan Pengurus Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Usman Hamid menganggap duet pemimpin DKI Jakarta Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama atau Jokowi-Ahok telah menjadi anomali atau alternatif untuk kejenuhan masyarakat atas keseragaman pemimpin yang tak acuh di Indonesia.

“Ketika masyarakat sudah bosan dengan tipe para pemimpin di Indonesia, mereka muncul bagai anomali sosial,” kata Usman Hamid dalam diskusi mengenai komunikasi politik melalui media sosial yang digelar di Jakarta, Rabu (25/9/2013).

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Karakter kedua pemimpin tersebut, kata Usman, saling melengkapi. Joko Widodo atau akrab disapa Jokowi, memimpin dengan lembut namun konsisten, sedangkan Basuki atau Ahok yang selalu tegas terhadap peraturan.

Sikap dari kedua pemimpin itu juga yang menurut Usman telah membawa kewibawaan untuk mereka berdua dan akhirnya dapat dipercaya publik. Sementara itu pengamat politik Yunarto Wijaya menilai sikap Jokowi yang mengandalkan pendekatan personal telah memikat hati warga Ibu Kota.

Dengan pendekatan itu, Jokowi bahkan mampu meraih simpati seluruh lapisan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Hal itu terbukti dengan tingginya popularitas Jokowi secara nasional.

Oleh karena itu, menurut Yunarto, pendekatan personal merupakan cara yang paling ampuh untuk mengetahui dan diketahui oleh masyarakat, bukan iklan kampanye yang berlebihan tanpa substansi politik yang jelas. “Blusukannya Jokowi ini adalah pendekatan personal kontak yang telah terbukti membangkitkan perhatian warga kepada dirinya,” kata dia.

Sementara itu Wali Kota Bogor terpilih Bima Arya Sugiarto kepada Kantor Berita Antara mengatakan pendekatan personal merupakan langkah yang harus dipelajari dan dimaknai oleh para pemimpin untuk mengetahui keinginan warganya. Bima, yang juga politikus Partai Amanat Nasional, menilai iklan kampanye hanyalah bagian kecil sosialisasi politik.

Pendekatan dari hati ke hati antara pemimpin dan masyarakat, menurut dia harus menjadi tren yang dilakukan para figur politik untuk mengetahui kebutuhan masyarakat dan menjadi pemimpin yang menyejahterakan rakyatnya. “Saya ragu ada calon pemimpin yang bisa menjadi pemimpin yang baik tanpa ada personal touch,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya