SOLOPOS.COM - Petugas mengenakan baju pelindung di sebuah pasar seafood yang telah ditutup di Wuhan, Hubei, China, Jumat (10/1/2020). Pasar seafoof diduga terkait penyebaran virus corona (coronavirus). (Reuters-Stringer)

Solopos.com, JAKARTA -- Wabah virus Corona baru (2019-nCoV) yang berasal dari Wuhan, China, dituduh sebagai bagian dari program pengembangan senjata biologi negara itu yang bocor. Namun hingga kini tak ada bukti yang mengonfirmasi dugaan itu.

Isu itu menyebutkan virus ini sebenarnya merupakan bagian dari senjata biologis yang tengah dipersiapkan di laboratorium yang terhubung dengan program bio-warfare. Menurut The Washington Times, institusi virologi China memiliki sebuah laboratorium yang aman untuk mempelajari virus mematikan.

Promosi Kuliner Legend Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta Kian Moncer Berkat KUR BRI

Epidemi virus hewan mematikan yang menyebar secara global itu kemudian dihubungkan dengan aktivitas laboratorium Wuhan yang terkait dengan program senjata biologi rahasia China. Dugaan itu diungkapkan seorang ahli perang biologis Israel, Dany Shoham.

Radio Free Asia pekan ini menyiarkan ulang laporan televisi lokal Wuhan pada 2015 yang menunjukkan laboratorium penelitian virus paling maju di China yang dikenal dengan Institut Virologi Wuhan. Laboratorium adalah satu-satunya situs yang dinyatakan mampu bekerja dengan virus mematikan di China.

Ekspedisi Mudik 2024

Dany Shoham yang merupakan mantan perwira intelijen militer Israel dan telah mempelajari perang bio China mengatakan bahwa laboratorium tersebut terkait program senjata biologi rahasia Beijing.

"Laboratorium tertentu di institut ini mungkin telah terlibat, dalam hal penelitian dan pengembangan, dalam [senjata biologis] China, setidaknya sebagai penjamin, bukan sebagai fasilitas utama penyelarasan bio-warfare Cina," kata Shoham sebagaimana diwartakan The Washington Times pada Sabtu (25/1/2020) lalu.

“Pengerjaan senjata biologis dilakukan sebagai bagian dari penelitian ganda sipil-militer dan jelas terselubung," ungkapnya melalui surat elektronik.

Soal Revitalisasi Monas, Ketua DPRD DKI Jakarta Sebut Kebohongan Publik

Shoham meraih gelar doktor dalam bidang mikrobiologi medis. Dari 1970 hingga 1991 dia berperan sebagai analis senior intelijen militer Israel untuk perang biologi dan kimia di Timur Tengah dan di seluruh dunia. Pangkat terakhirnya adalah letnan kolonel.

China pada masa lalu membantah memiliki senjata biologis ofensif. Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah laporan tahun lalu mengatakan mereka mencurigai China telah terlibat dalam pekerjaan perang biologis terselubung.

Bantahan China

Pihak berwenang China sejauh ini mengatakan bahwa asal-usul Coronavirus yang telah membunuh banyak orang dan menginfeksi ratusan di pusat pemerintahan Provinsi Hubei tidak diketahui.

Direktur Chinese Center for Disease Control and Prevention, Gao Fu, mengatakan kepada media bahwa tanda-tanda awal mengindikasikan virus tersebut berasal dari hewan liar yang dijual di pasar makanan laut di Wuhan. China juga telah membantah adanya kepemilikan senjata biologis yang sensitif.

Pihak berwenang di China juga menyampaikan bahwa mereka tidak tahu asal mula virus Corona baru yang telah menewaskan sedikitnya 80 orang dan menginfeksi ribuan orang.

Dalam sebuah pernyataan kepada salah satu media pemerintah setempat, tanda-tanda awal indikasi virus baru tersebut dilaporkan berasal dari hewan liar yang dijual di pasar makanan hewan laut di Wuhan.

Tunjuk Narapidana Jadi Dirut Transjakarta, Anies Baswedan Bungkam

Tak Sampai Indonesia

Sementara itu di Indonesia, mantan mantan Kepala Bandan Analisa Intelijen Strategis (BAIS) Soleman Pontoh menyatakan apa yang dikatakan Danny Shoham bisa saja benar. Hal itu merujuk pada berbagai kemungkinan yang terjadi di China.

Meski demikian, Suleman menyebut senjata kimia-biologi merupakan jenis pemusnah massal dengan level yang paling rendah. Senjata pemusnah massal tertinggi adalah senjata nuklir karena mampu menghancurkan bangunan dan makhluk hidup. Sedangkan senjata biologi membutuhkan kondisi khusus untuk bekerja.

"Senjata biologi biasanya membutuhkan kondisi khusus, misalnya temperatur. Misalnya kalau [asumsinya virus Corona di Wuhan adalah senjata biologi] di Wuhan suhunya [udara] berapa? Katakanlah 5 derajat C. Di Indonesia kan 30 derajat, jadi enggak mungkin masuk ke Indonesia," kata Suleman yang disiarkan Kompas TV, Selasa (28/1/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya