SOLOPOS.COM - Pelaku UMKM di Karanganyar saat mengikuti pameran di gedung DPRD setempat pada Kamis (29/9/2022). Mereka mulai mengeluhkan kenaikan harga bahan baku hingga daya beli menurun akibat BBM naik. (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Dampak kenaikan BBM mulai dirasakan kalangan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kabupaten Karanganyar. Mereka mulai kelimpungan dengan naiknya harga bahan baku produksi. Belum ditambah dengan daya beli masyarakat yang menurun.

Penjual makanan nasi jagung dan tiwul asal Tlogo, Ngargoyoso, Tanto, 33, mengaku omzet penjualannya menurun signifikan setelah harga BBM dinaikkan pada 3 September 2022 lalu. Diakuinya kenaikan harga BBM ini berimbas pada naiknya harga komoditas pangan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Bahan baku naik semua. Otomatis harga-harga naik karena bensin harganya naik,” katanya ketika berbincang dengan Solopos.com, Jumat (30/9/2022).

Sebagai informasi, pemerintah menaikkan harga BBM jenis pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter atau naik 31,7 persen. Harga solar naik 32 persen dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Kemudian harga pertamax naik dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.

Ekspedisi Mudik 2024

Selain harga bahan baku naik, Tanto mengatakan ongkos operasional juga meningkat. UMKM terkecik dengan kenaikan harga BBM tersebut. Belum pulih sepenuhnya dari pandemi Covid-19, pelaku UMKM kini dihadapkan dengan kenaikan harga BBM.

Baca Juga: Sayang, Cuma karena Belum Ber-NIB Ribuan UMKM Karanganyar Tak Dapat Bantuann

Dia menilai daya beli masyarakat turun hingga 30 persen imbas kenaikan BBM. “Sebelum BBM naik, banyak yang pesan sega jagung dan sega tiwul. Titipan ke bakul-bakul di pasar biasanya habis. Tapi sekarang tidak habis. Laku 10 saja sudah alhamdulillah,” katanya.

Penurunan daya beli ini membuat ia tak mampu menaikkan harga jual produknya. Padahal harga bahan baku naik dan operasional juga naik. Salah satu upayanya, ia terpaksa mengurangi porsi nasi yang dijual per bungkusnya.

“Saya sampai tidak berani menaikkan harga jual. Takut nanti malah tidak ada yang beli. Satu bungkus tetap Rp10.000,” katanya.

Kenaikan harga BBM juga dirasakan pelaku usaha peyek rumahan di Cerbonan, Karanganyar, Tutik Haryanti, 60. Usaha yang baru dirintis tiga tahun terakhir ini terancam gulung tikar.

Baca Juga: Ekspedisi UMKM 2022: Makin Inovatif, UKM Craft & Batik Bergerak Kian Dinamis

“Setahun pertama usaha dibuka langsung kena Corona. Sekarang tambah bensin mundak,” keluhnya.

Dia mengaku usaha rintisannya sudah kembang kempis. Bahan baku seperti tepung terigu dan minyak goreng harganya bikin pusing. Ditambah naiknya harga BBM yang berdampak pada biaya operasional yang membengkak.

“Mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah untuk pelaku UMKM seperti saya ini,” harapnya.

Kepala Dinas Perdagangan Tenaga kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagnakerkop UKM) Karanganyar, Martadi, mengatakan ada rencana pemberian bantuan tunai kepada kalangan yang terdampak kenaikan BBM. Data calon penerimanya masih diverifikasi. Bantuan ini akan bersumber dari APBD Karanganyar.

Baca Juga: Pemkab Karanganyar Segera Cairkan BLT Subsidi BBM Rp4 Miliar

“Sedang diverifikasi datanya. Sasaran penerimanya adalah pelaku UMKM yang belum menerima bantuan tunai BBM dari pemerintah pusat maupun provinsi,” tuturnya.

Berdasarkan data, dia mengatakan ada seribuan lebih pelaku UMKM yang kini tinggal menunggu hasil verifikasi. Sesuai rencana, pelaku UMKM ini akan menerima bantuan tunai untuk empat bulan ke depan. Setiap bulannya diberikan bantuan senilai Rp150.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya