Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Mereka tak memperdulikan terik sinar matahari siang itu. Sementara sebagian lainnya sibuk dengan gergaji memotong bambu-bambu menjadi bagian kecil. Bambu itu disusun rapi berjejer membentuk sebuah jembatan. Sejak pagi hari warga telah sibuk bergotong royong membuat jembatan darurat dari bambu. Hal ini lantaran jembatan penghubung antar dusun yang berada di desa tersebut putus pada Jumat dinihari. Jembatan dengan lebar 2,5 meter dan panjang sembilan meter putus karena salah satu fondasi jembatan ambrol tergerus derasnya air sungai. Hal ini membuat jembatan putus total dan tidak bisa dilalui.
Alhasil putusnya jembatan yang menghubungkan Dusun Nggeger dengan Dusun Ngledok ini membuat aktifitas warga terganggu. Padahal selama ini jembatan tersebut merupakan akses jalan satu-satunya yang menghubungkan warga di dua dusun.
Selain warga, jembatan juga digunakan siswa yang bersekolah di SMPN 3 Ngargoyoso dan tinggal di Dusun Ngeger, Desa Ngargoyoso serta Desa Gempolan, Kecamatan Kerjo. “Sekarang dengan jembatan putus siswa sekolah harus lewat harus memutar jalan kaki 5 kilometer,” ujar warga setempat Mitro Wiyono, 38.
Menurut Mitro Wiyono, agar aktifitas warga tidak terganggu, warga dibantu bersama tim relawan dan TNI/Polri membangun jembatan darurat sederhana. Jembatan darurat dengan lebar hanya 1,5 meter dibangun dengan menggunakan potongan-potongan bambu yang diikatkan dan melintang menghubungi jalan yang terputus. Kondisi ini membuat warga yang melintas harus ekstra hati-hati agar tidak terjatuh ke sungai yang arusnya cukup deras dan penuh batu-batu.
Warga lain, Mulyadi berharap pemerintah segera membangun jembatan secara permanen. Sehingga akses warga bisa berjalan normal. ”Kasihan anak-anak sekolah harus mutar jauh. Jadi kalau bisa segera diperbaiki jembatannya,” harapnya.
JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W