SOLOPOS.COM - Jembatan Nusantara di Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil Minggu (2/1/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI—Sebanyak 24 pedagang kaki lima atau PKL di sekitar Jembatan Nusantara, Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, membentuk paguyuban pada awal 2021.

Ketua Paguyuban Pedagang Jembatan Nusantara, Supriyanto, 48, mengatakan alasan utama dibentuknya paguyuban yaitu untuk membentuk kekompakan para pedagang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Setiap hari kan kami kumpul, berdagang mencari nafkah di sekitar Jembatan Nusantara. Kami lihat juga jembatannya dimanfaatkan masyarakat sebagai tempat wisata karena pemandangannya menarik. Dari situ, kami bersama-sama ingin menjalin kekompakan antar pedagang,” kata Supri saat ditemui Solopos.com, Minggu (2/1/2022).

Baca Juga: 261 Tersangka Dijebloskan ke Tahanan Polres Klaten Sepanjang 2021

Pria yang akrab disapa Supri itu mengatakan pembentukan paguyuban pedagang sudah dikomunikasikan dengan staf perangkat desa setempat. “Kami bermaksud ikut membantu memelihara kebersihan dan tata lingkungan. Dengan begitu, kami tidak hanya sekadar duduk mencari nafkah, tetapi juga membantu pemerintah desa,” lanjutnya.

Supri yang juga menjadi Satgas Penanganan Covid-19 di Desa Pare mengaku selama pandemi Covid-19 pedagang di sekitar Jembatan Nusantara ikut menutup dagangan mereka. Setelah kondisi cukup aman seperti saat ini, pedagang membuka lapak dengan menyiapkan tempat cuci tangan dan aturan wajib menggunakan masker bagi pedagang.

“Enggak hanya aturan itu saja. Kami yang berusaha guyub ini juga sempat mengadakan baksos [bakti sosial] dengan cara bagi-bagi masker,” tambah Supri.

Baca Juga: Rekor! Jumlah Pengunjung Umbul Pelem Klaten saat Tahun Baru

Pandemi Covid-19 diakuinya turut berdampak pada kondisi ekonomi pedagang di Jembatan Nusantara.  “Kalau bantuan, bulan November sepertinya ya, kami dapat bantuan langsung tunai senilai Rp1,2 juta. Lalu untuk siapa yang dapat bantuan itu, dipilih berdasarkan tingkat kerendahan ekonomi saja. Jadi tidak untuk semua pedagang,” ujar Supri.

Meski tak semua pedagang yang dapat Bantuan Langsung Tunai (BLT), Paguyuban Pedagang Jembatan Nusantara mencoba meringankan beban pedagang dengan meniadakan retribusi kebersihan. Pada hari normal pedagang akan ditarik retribusi kebersihan senilai Rp2.000 per hari. Lalu di kondisi seperti sekarang, retribusi kebersihan yang dibebankan kepada anggota paguyuban senilai Rp5.000 per minggu.

Jembatan Nusantara di Jalan Lingkar Kota (JLK) Wonogiri kini banyak didatangi masyarakat. Pemandangan indah jembatan merah banyak digunakan sebagai tempat untuk berswafoto atau selfie.

Baca Juga: Soal Jalur Evakuasi Merapi, Sri Mulyani Harap Aktivitas Tambang Diawasi

Paguyuban Pedagang Jembatan Nusantara menyatakan keberadaan mereka diharapkan tidak mengganggu arus lalu lintas. Menurut Supri, sampai saat ini belum pernah ada komunikasi dari dinas terkait maupun pihak-pihak lain dengan pedagang yang berdagang di sekitar Jembatan Nusantara.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya