SOLOPOS.COM - Pengendara kendaraan bermotor melintasi Jembatan Mojo, Solo, Rabu (18/5/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Jembatan Mojo yang menghubungkan Kota Solo di Kecamatan Pasar Kliwon dengan Kecamatan Mojolaban di Kabupaten Sukoharjo ternyata dikenal sakral.

Hal ini diungkap oleh budayawan dari Kecamatan Pasar Kliwon, KRT Joko Wiranto. Bukan hanya sakral, jembatan tersebut juga dianggap bersejarah.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Maka dari itu, dia menyarankan pihak terkait untuk meminta izin serta menjaga sopan santun selama proyek rehabilitasi jembatan tersebut berlangsung.

Ia menyebut kesakralan Jembatan Mojo Solo ini dikarenakan terdapat bangunan cagar budaya berupa gapura Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo.

Baca Juga:  Makamnya di Gunung Sumbing, Ternyata Ki Ageng Makukuhan Bisa Terbang

“Kalau sudah berbicara keraton paling tidak di sana mau membangun kula nuwun dulu. Di sana merupakan tempat ada yang reksa, menunggu, ngopeni [merawat],” terang dia, Selasa (7/6/2022) petang.

“Hati-hati dalam berbicara karena dulunya tempat sakral. Imbauan saya berbuat dan berbicara santun [selama proses pembangunan]. Kalau tidak yang rugi teman-teman sendiri,” imbuhnya.

Baca Juga:  Segini Harga Sneakers Teguh Prakosa Saat Jadi Plh Wali Kota Solo

Oleh karena itu, Joko menyarankan sebelum proses rehabilitasi Jembatan Mojo Solo dilakukan, diawali terlebih dahulu dengan bancakan atau memetri, minimal dengan jenang merah, jenang putih, dan kembang tujuh rupa.

“Jenang abang dan jenang putih bermakna mengembalikan segala sesuatu pada asal muasal. Jenang abang nyimpang, jenang putih nyingkrih,” ujarnya.

Baca Juga: Hik, Wedangan, dan Angkringan, Mana yang Lebih Dulu Ada?

gapura jembatan mojo solo
Kondisi gapura batas kota peninggalan era Paku Buwono (PB) X dilihat dari Jembatan Mojo, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (21/5/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Dayang Jembatan Mojo Solo

Dikenal sakral, ternyata Jembatan Mojo menyimpan kisah misteri yang legendaris. Menurut pengelola akun Instagram @misterisolo, jembatan yang dibangun pada 1985 ini dihuni oleh dayang.

Hal ini dikarenakan Jembatan Mojo Solo dibangun di daerah tepian sungai yang dekat dengan tempuran–pertemuan dari dua buah sungai yang menjadi sungai utama.

Baca Juga:  Lawu Diklaim Jadi Gunung Tertua di Pulau Jawa, Apa Buktinya?

“Konon, masyarakat Jawa kuno percaya bahwa di setiap tempuran Bengawan Solo dihuni oleh dayang yang dipelihara oleh orang sakti untuk menjaga desa. Sampai sekarang banyak tetua kita percaya bahwa orang yang tenggelam di tempuran dikarenakan akibat tindakan tidak sopan ketika berada di sana. Sebaliknya di tempuran juga banyak orang yang dibantu untuk mencari ikan ketika sudah kula nuwun dahulu sebelum memancing di daerah tersebut,” ungkap dia.

Bukan hanya itu saja, area di bawah jembatan ini merupakan tempat yang digemari makhluk halus untuk tinggal sementara. Namun, mereka jarang menempati tempat ini secara permanen.

Baca Juga:  Sejarah Ki Ageng Makukuhan, yang Makamnya Ada di Puncak Gunung Sumbing

“Kebanyakan hanya untuk singgah sementara. Meskipun begitu ada beberapa sosok yang dipercaya sebagai penunggu asli kretek ini. Salah satunya ada sosok gendruwo besar yang bersemayam di pohon besar yang terletak di bawah timur jembatan. Sosok ini merupakan sosok yang jahil karena sering menampakkan diri untuk menakut-nakuti orang di lokasi sekitaran jembatan ini,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya