SOLOPOS.COM - Pengendara kendaraan bermotor melintasi Jembatan Mojo, Solo, Rabu (18/5/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Pelaksana proyek rehab Jembatan Mojo penghubung Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, dengan Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, bakal mengikuti saran tokoh masyarakat setempat untuk “kulanuwun” sebelum memulai pekerjaan.

Saran itu sebelumnya disampaikan budayawan dan tokoh masyarakat Kecamatan Pasar Kliwon, KRT Joko Wiranto Adi Nagaro, beberapa waktu lalu. Joko menyarankan pekerja proyek Jembatan Mojo memohon izin serta menjaga sopan santun selama melaksanakan pekerjaan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini dilakukan karena kawasan itu dulunya merupakan tempat sakral dan bersejarah. Ada bangunan cagar budaya berupa gapura peninggalan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo).

Pegawai Staf Teknis Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kota Solo, Andreawan Setyo Nugroho, mengatakan telah menyampaikan saran tokoh masyarakat itu kepada penyedia jasa proyek Jembatan Mojo.

“Nanti sebelum konstruksi akan diadakan acara tersebut,” katanya kepada Solopos.com, Jumat (24/6/2022). Berdasarkan penelusuran Solopos.com melalui laman lpse.surakarta.go.id terdapat 77 peserta tender dan lima di antaranya memberikan harga penawaran.

Baca Juga: Dikenal Sakral, Ternyata Ada Dayang Penunggu di Jembatan Mojo Solo

Pagu anggaran penggantian Jembatan Mojo mencapai Rp30 miliar. PT Salim Perkasa Construction yang beralamat Jl Intisari Komplek Intisari Park No. A/1 – Medan (Kota), Sumatra Utara, menjadi pemenang tender. Harga penawarannya Rp28.103.460.098,63.

“Kalau sudah berbicara keraton paling tidak di sana mau membangun kulanuwun dulu. Di sana merupakan suatu tempat ada yang rekso, menunggu, ngopeni,” kata Joko Wiranto saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (7/6/2022) petang.

Kembang Tujuh Rupa

“Hati-hati dalam berbicara karena dulunya tempat sakral. Imbauan saya berbuat dan berbicara santun [selama proses pembangunan]. Kalau tidak yang rugi teman-teman sendiri,” ungkapnya.

Baca Juga: Sakral Lur! Dilarang Ngomong Sembarangan di Jembatan Mojo Solo

Joko mengatakan kulanuwun sebelum proyek Jembatan Mojo, Solo, yang dimaksud berupa kegiatan bancakan atau memetri karena ada penunggunya yang gaib. Minimal bancakan dilakukan dengan jenang merah, jenang putih, dan kembang tujuh rupa.

“Jenang abang dan jenang putih bermakna mengembalikan segala sesuatu pada asal muasal. Jenang abang nyimpang, jenang putih nyingkrih,” ujarnya. Dia mengatakan simbol jenang bermakna segala halangan dan pengganggu bisa menyingkir.

Sementara kembang tujuh rupa bermakna pitulungan atau pertolongan dari Tuhan. “Nuwun sewu saya sampaikan detail supaya orang tahu. Jangan sampai bicara klenik, itu hanya simbol pada kepada Maha Kuasa,” paparnya.

Baca Juga: Mau Mulai Rehab Jembatan Mojo Solo? Ini Saran Tokoh Masyarakat Setempat

Dia mengatakan orang Jawa kuno menyampaikan hasrat dengan simbol-simbol kepada Tuhan. Ini menjadi kebiasaan namun seiring berjalannya waktu banyak yang tak paham sebab tidak ada yang mengedukasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya