SOLOPOS.COM - Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Jawa Tengah bersama BPBD Boyolali dan DPUPR Boyolali melakukan survei di lokasi baru melaksanakan survei di lokasi baru untuk jembatan, Kamis (19/8/2022). (Istimewa/DPUPR Boyolali).

Solopos.com, BOYOLALI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mengajukan proposal kepada pemerintah pusat untuk pembuatan jembatan evakuasi di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi.

Proposal pembangunan jembatan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan survei kelayakan proposal oleh Satker P2JN (Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional) Jawa Tengah, Kamis (18/8/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Survei dilakukan di Dusun Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

“Kami usulkan karena jembatan gantung yang ada sekarang ini kapasitasnya belum bisa digunakan untuk simpangan atau papasan kendaraan roda empat,” ungkap Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Boyolali, Widodo Munir, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (19/8/2022).

Widodo mengungkapkan jika masih menggunakan jembatan lama, kendaraan yang melakukan evakuasi akan kesulitan dan menumpuk saat bertemu di jembatan gantung di Dusun Takeran.

Baca juga: 7 Kecamatan Rawan Kekeringan, BPBD Boyolali Buat Sumur Dalam

Hal tersebut, kata Widodo, karena lokasi jembatan yang berada di turunan sekaligus tikungan sehingga dua kendaraan yang datang dari berbeda arah tidak bisa saling melihat.

“Jadi semisal saat terjadi bencana ada kendaraan mau ambil ternak dan ada kendaraan lain mengangkut ternak dan bertemu di jembatan itu pasti macet. Untuk mengantisipasi hal itu, maka kami minta ke pemerintah pusat untuk dibuatkan jembatan baru,” kata dia.

Ia menjelaskan usulan jembatan baru dari BPBD Boyolali berada sekitar 100 meter dari lokasi jembatan gantung Takeran yang saat ini masih digunakan.

Widodo Munir berharap proposal ini dapat disetujui mengingat pentingnya jembatan evakuasi di KRB III.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Boyolali, Ahmad Gojali, mengungkapkan Satker P2JN Jawa Tengah masih dalam tahap survei kelayakan belum sampai tahap keputusan final sehingga belum ada anggaran yang bisa disampaikan ke publik.

Baca juga: Hati-Hati! Jalur SSB di Genting Cepogo Boyolali Longsor Lur…

“Namun, untuk anggaran yang diajukan sebesar Rp21.771.040.000. Pembangunan jembatan Takeran sifatnya permanen,” kata dia.

Gojali menilai jembatan gantung Takeran yang dibangun pasca-erupsi Merapi 2012 sudah tidak layak karena sempit sehingga hanya dapat dilintasi kendaraan kecil dan tidak untuk bersimpangan.

“Adanya seling yang melintang rendah menyebabkan kekhawatiran terjadinya kendaraan tersangkut, sehingga dalam situasi panik akan menambah kekacauan dan timbulnya masalah baru akibat pengungsian,” kata dia.

Sementara itu, Kepada Desa (Kades) Tlogolele, Ngadi, sangat berharap pemerintah pusat meloloskan proposal pembuatan jembatan Takeran karena urgensi pemakaian disaat bencana terjadi.

Pemerintah Desa (Pemdes) Tlogolele juga sudah menyiapkan tanah kas desa sekaligus tanah masyarakat yang ikhlas tanahnya dipakai untuk pembangunan jembatan Takeran yang baru.

Baca juga: Mitigasi Bencana Warga Merapi di Stabelan Gabungkan Wangsit & Ilmiah

Ngadi mengatakan jembatan gantung Takeran saat menjadi satu-satunya akses penghubung Dusun Stabelan dan Takeran.

“Sewaktu terjadi bencana dan jembatan gantung putus, lebih dari 1.000 orang akan terisolasi. Ini memang urgen karena jembatan gantung Takeran sudah parah dan tidak layak,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya