SOLOPOS.COM - Jembatan darurat Nambangan, Selogiri, Wonogiri-Nguter, Sukoharjo rusak parah. Jembatan itu putus tiga kali akibat diterjang arus Sungai Bengawan Solo. Foto diambil, Kamis (17/12/2020). (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Warga Dusun Ngepos, Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri urung membangun ulang jembatan darurat penghubung desa setempat dengan Nguter, Sukoharjo. Arus air Sungai Bengawan Solo deras dan membawa banyak material sampah membuat jembatan darurat Nambangan-Nguter urung dibangun lagi.

Pantauan Solopos.com, Kamis (17/12/2020), jembatan darurat belum dibangun lagi. Sisa struktur jembatan darurat yang rusak berat belum dievakuasi. Sebagian material jembatan yang mayoritas bambu masih tertambat di kedua sisi, yakni sisi Ngepos dan Nguter.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebagi informasi, sebelumnya jembatan darurat yang disebut warga jembatan sesek itu tiga kali terputus akibat terkena arus air Sungai Bengawan Solo. Warga berencana membangunnya lagi jika kondisi sudah memungkinkan.

Libur Akhir Tahun, Operasional Mal & Tempat Wisata di Jateng Dibatasi

Warga membangun jembatan darurat untuk memudahkan warga Nambangan menuju Nguter. Banyak warga yang berdagang di Pasar Nguter. Selama jembatan lama Nambangan dibangun sejak September lalu, warga harus melalui jalan raya Wonogiri-Sukoharjo jika ingin ke Nguter. Hingga pertengahan Desember ini proyek senilai lebih dari Rp12 miliar itu belum rampung. Proyek ditarget selesai Mei 2021.

Warga Ngepos, Siman, saat ditemui Solopos.com, Kamis, mengatakan warga belum mempunyai rencana lagi membangun ulang jembatan darurat. Sekarang ini sudah rutin hujan dengan durasi cukup lama. Hal itu membuat volume air di Sungai Bengawan Solo meningkat signifikan, sehingga arus mengalir sangat deras.

Parahnya lagi, air membawa banyak material sampah. Jika dipaksakan membangun ulang lagi warga khawatir jembatan darurat Nambangan-Nguter akan kembali putus diterjang arus air dan sampah.

“Waktu jembatan darurat dibangun hujan masih jarang. Itu pun arus sungai sudah besar dan membuat jembatan putus tiga kali. Apalagi kalau dibangun sekarang saat hujan sudah sering turun,” kata lelaki paruh baya itu.

Terjangan Sampah

Jika arus air tak membawa sampah Siman meyakini struktur penyangga jembatan kuat menahan. Menurut dia penyangga jembatan tak kuat karena diterjang sampah, seperti batang pohon. Terjangan sampah memiliki kekuatan sangat besar karena arus sungai deras.

Siman belum mengetahui rencana pembangunan ulang jembatan darurat akan direalisasikan atau tidak. Dia menginformasikan saat ini belum ada dana lagi untuk membangun ulang jembatan darurat. Becermin pada kebutuhan sebelumnya, pembangunan darurat menelan dana lebih kurang Rp30 juta yang berasal dari kontraktor pelaksana proyek pembangunan jembatan lama Nambangan dan swadaya warga.

Terbang ke Bali Harus Tes Usap, Maskapai Antisipasi Pembatalan Keberangkatan

Warga lainnya, Sukirman, menambahkan pembangunan ulang jembatan darurat belum dapat dilaksanakan dalam waktu dekat selama volume air Sungai Bengawan Solo masih besar. Dia menyebut sebenarnya warga sangat ingin membangun jembatan darurat agar warga Nambangan dan sekitarnya mudah menuju Pasar Nguter. Lantaran jembatan belum dibangun lagi warga harus memutar melewati jalan raya yang jaraknya lebih jauh.

“Kontraktor sudah membantu dana. Warga juga swadaya. Warga merealisasikan anggaran sesuai rencana. Tapi kalau akhirnya putus tiga kali mau bagaimana lagi,” ucap Sukirman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya