SOLOPOS.COM - Dokumentasi keluarga pembantaian terduga PKI sedang melakukan sadranan dalam rangka peringatan tragedi 65/66 belasan tahun silam. (Istimewa/YouTube ELSAM).

Solopos.com, SUKOHARJO — Jembatan Bacem Sukoharjo menghubungkan Kabupaten Sukoharjo dengan Kota Solo. Jembatan ini menjadi saksi bisu saksi sejarah kelam pembantaian PKI, tepatnya terduga anggota dan simpatisan PKI pada 1965.

Dikutip dari buku Yang Kelewat di Buku Sejarah disusun oleh Pamflet atas dukungan Yayasan Tifa, Jembatan Bacem Sukoharjo digunakan untuk menghanyutkan mayat-mayat terduga anggota dan simpatisan PKI yang sebelumnya ditembak mati.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Jembatan Bacem juga disebut sebagai salah satu lokasi pembunuhan massal. Jembatan aslinya kini hanya tinggal fondasi, akan tetapi di sebelahnya telah dibangun kembali jembatan baru yang lebih kokoh.

Jembatan bacem dibangun kembali oleh Paku Buwana (PB) X dengan biaya sekitar 50.000 gulden pada tahun 1908. PB X Membangun jembatan memakai dana pinjaman dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda kala itu.

Baca juga: MUI: PKI Pengkhianat Kebangsaan

Dalam buku Yang Kelewat di Buku Sejarah juga dituliskan bahwa salah satu bekas anggota Lekra, menyebut warga sekitar jembatan sering dipaksa untuk membantu aparat menghanyutkan mayat-mayat korban yang ditembak pada periode 1965 – 1966.

Hal itu kemudian ditegaskan dalam  film dokumenter berdurasi 30 menit dengan judul Jembatan Bacem Film Dokumenter Tentang Peristiwa 1965 yang diunggah di Youtube Perkumpulan Elsam 2013 silam.

Film soal jembatan bacem Sukoharjo dan penjagalan terduga PKI ini digarap oleh Elsam bersama Pakorba Solo, karya Yayan Wiludiharto. Film ini banyak menggunakan sketsa untuk mendeskripsikan kesaksian para penyintas peristiwa 1965.

Setelah lebih dari 40 tahun keluarga korban hidup dalam diam, akhirnya dalam suatu kesempatan peringatan tragedi 65/66, para keluarga korban mengadakan Sadranan.

Keluarga korban dapat mengenang sanak keluarga yang menjadi korban, yang menurut kesaksian dibuang di sungai Bacem.

Baca juga: GERAKAN 30 SEPTEMBER : 1.394 Orang di Karanganyar Masuk Daftar PKI

Harapan keluarga korban dalam film tersebut yakni jembatan bacem bisa jadi monumen ingatan bersama dan sebagai tempat untuk menghormati keluarga yang sampai saat ini tak kembali.

Pemerhati sejarah Kota Solo yang juga dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Jogja, Heri Priyatmoko, pernah melakukan riset dan berbincang-bincang dengan sejumlah warga sekitar lokasi tentang tragedi pembantaian di jembatan bacem Sukoharjo.

Dari sejumlah warga dia mendapatkan informasi kejadian yang saat itu membuat situasi mencekam. “Pernah suatu hari 20 mayat lebih tumpuk undung [menumpuk] di permukaan sungai karena debit airnya dangkal,” ujar dia, Senin (20/9/2021).

Warga yang mendapati kondisi mengerikan itu sontak bergotong royong mendorong jenazah ke tengah sungai. Tindakan tersebut dilakukan warga agar jenazah-jenazah tersebut bisa terbawa aliran air Sungai Bengawan Solo ke daerah hilir.

Sebab keberadaan tumpukan mayat di sekitar jembatan bacem Sukoharjo benar-benar membuat warga merasa ketakutan. Apalagi aparat kala itu meminta warga untuk menghanyutkan mayat-mayat tersebut supaya tidak menimbulkan bau busuk yang menyengat.

Baca juga: Mengenang Malam Tragedi Pembantaian PKI di Jembatan Bacem, Puluhan Mayat Terduga PKI Mengapung di Bengawan Solo

“Kala itu pembantaian terjadi berbulan-bulan. Warga sekitar memilih berdiam diri di rumah. Mereka menutup pintu karena diberlakukan jam malam. Dari dalam rumah mereka mendengar suara letusan tembakan saban malam,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya