SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemilihan kepala desa atau pilkades. (Solopos-Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SRAGEN — Pemilihan kepala desa (Pilkades) serentak di 19 desa di Sragen  pada 25 Oktober 2022 di Sragen menjadi ajang pemainan botoh atau penjudi. Mereka datang dari dalam maupun luar Sragen.

Setidaknya pilkades di empat desa yang sudah terindikasi adanya permainan botoh. Empat desa itu yakni Plumbon di Kecamatan Sambungmacan, Purwosuman di Sidoharjo, Gabugan di Tanon, dan Karangpelem di Kedawung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi itu diungkapkan oleh salah seorang pelaku botoh skala besar asal Sragen, N, 48, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (5/10/2022). N menjelaskan dari empat desa tersebut, hanya Desa Plumbon yang terindikasi ramai botoh.

Dia mengungkapkan botoh dari luar Sragen yang ikut taruhan di Pilkades Plumbon di antaranya dari Ngawi dan Grobogan. Yang membuat Pilkades Plumbon ini menarik adalah karena hanya diikuti dua calon kepala desa. Bukan hanya itu, kedua calon tersebut adalah Kades petahana melawan istri mantan kades sebelumnya.

Baca Juga: 13 dari 19 Desa di Sragen yang Gelar Pilkades Serentak Rawan Konflik

“Kontestan di Plumbon itu sebenarnya musuh bebuyutan. Pada pilkades yang lalu selisihnya hanya 90 suara. Kini, yang maju istrinya melawan incumbent. Ini pertarungan beneran,” papar N.

Ia mengungkapkan para botoh sudah lama menempatkan orang-orang untuk pemetaan di Plumbon. Sampai hari ini, taruhan yang muncul antara Rp10 juta-Rp100 juta. Semakin mendekati hari H nanti taruhannya bisa semakin besar

N mengaku juga ikut ambil bagian menempatkan orang di Plumbon untuk memantau situasi pilkades di sana. Situasi di Desa Purwosuman, Kecamatan Sidoharjo, juga hampir sama dengan di Plumbon. Tetapi di sana nilai taruhannya berkisar antara Rp25 juta-Rp30 juta. N mengendus ada botoh dari luar Sragen yang masuk ke Purwosuman, tetapi tidak banyak.

Sragen Menarik Bagi para Botoh

Pilkades Desa Gabugan, Tanon, juga menjadi ajang permainan botoh tetapi hanya level lokal. N mengatakan ada pemicu yang membuat botoh masuk, yakni warga desa yang tertarik dengan botohan.

Baca Juga: Bupati Sragen Minta Cakades yang Tak Siap Kalah Untuk Mundur

“Di Gabugan itu murni botoh lokalan. Kemudian di Karangpelem, Kedawung, itu saya dengar ada botohan juga, tetapi saya tidak punya orang di Karangpelem itu,” jelasnya.

Dia menerangkan semakin besar botoh yang ikut bergerak maka permainan bisa berubah. Yang awalnya glek-glekan bisa menjadi pur-puran, atau galengan nilai. Dia memprediksi perubahan itu terjadi kemungkinan pada H-7 sudah terlihat siapa yang menang.

“Sragen itu memang unik sehingga banyak botoh yang suka bermain di Sragen. Apalagi dengan banyaknya pendukung fanatik. Yang paling seru itu kalau ada perang botoh antara dua kubu yang sama-sama kuat. Kemungkinan besar ada program tembakan bisa sampai angka ratusan ribu rupiah per orang,” jelas N.

Terpisah, Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menyampaikan money politics itu harus diantisipasi. Salah satunya dengan mengedukasi agar warga memilih calon itu bukan karena duit.

Baca Juga: Pilkada Sragen: Diduga Ada Bagi-Bagi Duit Rp20.000, Warga Heboh di Medsos

“Kalau masih ada indikasi praktik politik uang maka kembali pada calon kades dan masyarakat sendiri. Adanya botoh itu juga berperan dalam adanya money politics. Saya kira semua calon sudah memahami bahwa dana desa yang miliaran rupiah bukan milik kades, tetapi uang rakyat yang digunakan untuk pembangunan desa,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya