SOLOPOS.COM - Anton menunjukkan lampion hasil karya seninya di rumah produksi miliknya di Kelurahan Surodikran, Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (20/1/2023) (ANTARA/HO - SDP)

Solopos.com, PONOROGO — Permintaan lampion di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, meningkat tajam menjelang perayaan Imlek 2023. Perajin lampion di Ponorogo pun mengaku kewalahan dalam menerima pesanan.

Seorang perajin lampion di Kelurahan Surodikran, Ponorogo, Anton Pratam, 34, mengaku kebanjiran order pembuatan lampion menjelang perayaan Imlek pada Senin (22/1/2023). Untuk memenuhi permintaan, ia pun menambah tenaga kerja supaya pesanan lampion bisa rampung dikerjakan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Karena [target] waktu, beberapa pesanan terpaksa saya tolak karena khawatir tidak selesai sesuai permintaan,” kata Anton, Jumat (20/1/2023).

Dia menceritakan pekan ini saja mendapat pesanan sebanyak 50 lampion. Jumlah itu meningkat dibandingkan pada hari biasa yang hanya 10 lampion saja.

Ia biasanya mengerjakan lampion sendiri, atau kadang dibantu satu temannya. Namun saat permintaan meningkat seperti sekarang, dia dibantu dua orang agar pesanan bisa terselesaikan tepat waktu, sebelum puncak perayaan Imlek.

“Sampai nolak-nolak ini, karena tenaga dan waktunya yang tidak. Padahal pemesan mintanya sebelum hari H sudah selesai,” ujarnya.

Anton mengaku lampion hasil karyanya, selain pesanan dari warga Tionghoa di Ponorogo, juga dipesan umat Konghucu di Jawa Tengah hingga Bekasi, Jawa Barat.

Permintaan lampu lampion biasanya pada puncak perayaan hari keagamaan, termasuk saat Lebaran maupun hari besar lainnya.

“Kalau dihitung permintaan setahun rata-rata sekitar 200-300 buah lampion. Tahun lalu sempat mencapai 500 buah karena dapat pesanan dari Magetan,” ujarnya.

Anton menjelaskan bahwa lampion buatannya tersebut mampu bertahan hingga setahun, karena menggunakan rangka dari kawat besi.

Selain itu material kain yang digunakan merupakan jenis yang tahan terhadap air hujan. Anton juga mengatakan bahwa ada dua jenis lampu lampion yang dibuat, yakni berdiameter 30 cm dengan tinggi 30 centimeter serta berdiameter 25 centimeter dengan tinggi 50 centimeter.

“Ini kalo tidak pakai lampu harganya Rp65.000 sedangkan yang pakai lampu Rp85.000 dengan tambahan variasi tulisan,” paparnya

Di Ponorogo, pengrajin lampion tidak hanya Anton. Ada beberapa perajin lampion lain yang juga melayani permintaan pembuatan lampu khas mandarin tersebut.

Mereka memasarkan produk kerajinan lampion itu secara konvensional pada pelanggan lama dan menjualnya di media sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya