SOLOPOS.COM - Juru kunci Pertapaan Girimanik, Pardi, tengah membersihkan petilasan Pangeran Sambernyawa dari ranting dan bekas sesajen, di Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri, Kamis (22/9/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia).

Solopos.com, WONOGIRI — Salah satu tempat yang disakralkan sekaligus dipercaya sebagai petilasan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa adalah Pertapaan Girimanik, di Desa Setren, Kecamatan Slogohimo, Kabupaten Wonogiri.

Tempat itu disinyalir menjadi tempat singgah atau bertapa Pangeran Sambernyawa dalam masa gerilya melawan penjajahan Belanda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Siang itu, pada Kamis (22/9/2022), Pardi, 83, juru kunci Pertapan Girimanik tengah duduk termenung di warung miliknya di Bumi Perkemahan (Buper) Girimanik.

Lebih kurang setengah kilometer dari tempat ia duduk, terdapat sebuah petilasan Pangeran Sambernyawa, tempat itu banyak dikenal sebagai Pertapaan Girimanik. Terletak tepat puncak bukit Girimanik.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Fitnah Keji Bikin Pangeran Kartasura Pendiri Wonogiri Ini Tanpa Figur Ayah

“Ceritanya, dulu itu, waktu Sambernyawa sedang dikejar-kejar Belanda, dia dan pasukannya singgah di sana. Bersembunyi sekaligus bertapa di sana. Tempatnya enggak jauh dari sini, enggak sampai setengah km, naik ke sana,” kata Pardi saat berbincang dengan Solopos.com sembari sesekali menengguk kopi hitam dari secangkir gelas yang ia seduh sendiri, Kamis.

Pardi yang mengaku sudah menjaga Pertapaan Girimanik lebih dari dua puluh tahun itu mengantarkan Solopos.com menilik tempat sakral tersebut. Perjalanan memakan waktu setengah jam dari Buper Girimanik.

Jalan menuju ke tempat itu relatif mudah. Meski jalan setapak, sebagian dari jalan itu sudah dicor beton, sementara sebagian lain masih jalan tanah.

Di sepanjang perjalanan, terbentang hutan lindung yang merupakan milik Perum Perhutani. Suara kicau burung turut mengiringi perjalanan kami. Udara dingin dan segar masih sangat terasa di Lereng Lawu Selatan itu.

“Di sini udaranya masih segar, adem juga,” kata Pardi yang mengenakan jaket warna hitam.

Baca juga: Pendiri Kabupaten Wonogiri Ternyata Seorang Pangeran Kelahiran Kartasura

Nafasnya sedikit terengah-engah lantaran jalan menuju ke petilasan itu menanjak, hampir tidak ada jalan landai.  “Nah ini pertapaannya. Kalau Minggu Pahing malam, Jumat Kliwon, dan Sura, biasanya banyak yang ke sini, malam-malam,” ujar dia.

Pertapaan Girimanik itu berada persis di puncak -warga setempat menyebut- Gunung Girimanik. Tempat itu tidak terlalu luas. Luasnya tidak lebih dari lapangan voli.

Di tengah-tengah tempat itu, beberapa batu ditata dan ditumpuk dua baris sedemikian rupa hingga membentuk seperti sebuah makan. Di antara tumpukan batu yang memanjang itu ada batu hitam bertuliskan aksara Jawa mayaraja.

Ditemukan aneka jenis bunga yang telah layu, beberapa cangkang telur ayam kampung, dan sejumlah botol bekas minyak serimpi. “Ini bekas sesajen orang-orang yang datang ke sini,” ucap Pardi.

Di sekitar Pertapaan Girimanik ada tiga air terjun, yaitu air terjun Candramaya, Tejamaya, dan Manikmaya. Selain itu, ada sendang Drajat dan Kanestren. Tempat-tempat itu juga digunakan sebagai wisata.

Baca juga: Gua Potro Bunder Wonogiri Kini Jadi Surganya Para Speleologi dan Pencinta Alam

Tepat di samping Pertapaan Girimanik, ada sebuah gunung yang menjulang, warga sekitar menyebutnya Gunung Semar. Dari petilasan itu pula, tampak pemandangan bentang alam nan luas Wonogiri.

“Di sini inilah, dulu Pangeran Sambernyawa singgah. Di sini jadi tempat aman, dulu Pasukan Belanda tidak tahu tempat ini. Sambernyawa dan pasukannya jadi leluasa di sini,” kata Pardi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya