SOLOPOS.COM - Peta Jl Honggowongso Solo, lokasi markas PKI di masa lampau. (Google Maps)

Solopos.com, SOLO — Peristiwa kekejaman anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) di beberapa daerah Tanah Air, termasuk Kota Solo di Jawa Tengah menjadi jejak sejarah kelam bangsa Indonesia.

Pada 1965 hingga 1966, terjadi sederet peristiwa yang melibatkan anggota PKI di berbagai wilayah di Indonesia, dari Jakarta, Solo, hingga Yogyakarta. Kejadian yang juga dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S/PKI) itu dipimpin oleh DN Aidit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Beberapa pejabat tinggi Indonesia menjadi korban keganasan PKI, mulai dari Letjen Ahmad Yani, Mayjen Siswondo Parman, Mayjen Raden Soeprapto, dan masih banyak lagi.

Sementara itu, di Kota Solo yang juga menjadi tempat pembantaian melibatkan anggota PKI menyimpan jejak sejarah kelam di kota ini. Jejak pembantaian anggota PKI di Kota Solo itu terdapat di empat lokasi di bawah ini, yang pernah diulas Solopos.com sebelumnya.

Baca Juga: Keistimewaan Angka 19 dalam Al-Qur’an yang Penuh Misteri

Jejak Pembantaian Melibatkan PKI di Solo

  1. Kedung Kopi

Salah satu sudut aliran Sungai Bengawan Solo di Pucangsawit, Jebres, Solo ini menjadi saksi bisu pembantaian yang melibatkan anggota PKI.

Puluhan pemuda yang merupakan rakyat biasa dibantai dan dibuang di Kedung Kopi yang kini dibangun sebuah taman dan monumen, yakni Monumen Perisai Pancasila.

Baca Juga: Bukan Bengawan Solo, Ternyata Ini Dia Sungai Terdalam di Indonesia

  1. Markas PKI Honggowongso

Jejak PKI di Kota Solo juga terdapat di markas yang terletak di Honggowongso, selatan Pasar Kembang.

Salah seorang saksi mata, Gogor, menceritakan masa kecilnya kerap melihat kekejaman anggota PKI di lokasi tersebut. Kala itu, dia bersama kakeknya bertempat tinggal di depan markas PKI.

Gogor tak bisa melupakan berbagai kejadian memilukan yang terjadi di sekitar tahun 1965. Meski saat itu usianya baru delapan tahun, pengurus National Paralympic Committee (NPC) Indonesia pernah merasakan perlakuan tidak menyenangkan.

Baca Juga: Meski Gaji Tak Seberapa, Tunjangan Hakim Agung Ternyata Luar Biasa

“Saya yang sekecil itu saja sudah mendapat ancaman mulai kata-kata dan sempat diberi keringat ketiak dikasihkan ke hidung saya,” ucap dia, sebagaimana diberitakan Solopos.com sebelumnya.

Gogor juga ingat betul banyak orang dibawa ke markas PKI di Solo untuk disiksa. “Sering saya melihat orang dibawa masuk lalu terdengar suara dipukuli. Pokoknya benar-benar biadab,” tambah dia.

  1. Jembatan Bacem

Sekitar 15 menit dari Kota Solo, Jembatan Bacem di Grogol, Sukoharjo, juga menjadi saksi bisu pembantaian yang melibatkan PKI. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, pernah ditemukan 20 mayat di bawah jembatan tersebut.

“Pernah suatu hari 20 mayat lebih tumpuk undung [menumpuk] di permukaan sungai karena debit airnya dangkal,” ujar pemerhati sejarah Kota Solo, Heri Priyatmoko.

Baca Juga: Tarif Tiket KA Bandara Solo Terbaru, Lengkap dengan Jadwalnya

Dia mengatakan pembantaian PKI itu terjadi berbulan-bulan. Sehingga membuat masyarakat takut dan memilih berdiam diri di dalam rumah.

“Kala itu pembantaian terjadi berbulan-bulan. Warga sekitar memilih berdiam diri di rumah. Mereka menutup pintu karena diberlakukan jam malam. Dari dalam rumah mereka mendengar suara letusan tembakan saban malam,” kata dia.

  1. Gladak

Jejak pembantaian yang melibatkan PKI di Kota Solo juga terjadi di sekitar Gladak. Di sini, empat aktivis muda ditembak oleh anggota PKI.

Peristiwa itu bermula ketika aktivis muda yang melakukan aksi di Jl Slamet Riyadi dibawa oknum yang diketahui identitasnya menuju Balai Kota.

Akan tetapi, saat tiba di Gladak, mereka ditembaki oleh anggota PKI sehingga membuat empat orang aktivis muda meninggal dunia dan 14 luka-luka.

Baca Juga: Terjadi di Colomadu Karanganyar, Ini Penyebab Hujan Es Menurut Ahli

Terdapat cerita menarik ketika terjadi pembantaian yang melibatkan PKI di Kota Solo. Pada 15 Maret 1966, muncul bencana alam banjir besar di Kota Bengawan. Menurut informasi yang beredar, banjir ini seakan-akan menghentikan berbagai aksi kekejaman PKI.



Ada sebagian orang yang percaya banjir besar ini merupakan kiriman dari penguasa Mataram. Mereka sengaja mengirimkan banjir di kota ini untuk menghentikan pembantaian PKI yang semakin membabi buta.

Baca Juga: Tips Menghindari Copet di Pasar Malam Sekaten Solo

“Banyak yang menghubungkan bahwa banjir ini adalah kiriman dari danyang pemelihara tanah Mataram. Di mana pembantaian yang semakin membabi buta dikhawatirkan akan mengorbankan orang yang tidak terlibat apa-apa serta kondisi tanah dan air yang semakin merah karena darah yang dipercaya jika semakin dibiarkan akan banyak memberikan makanan demit liar dan jahat untuk berkembang,” terang pengelola akun Instagram @misterisolo dalam unggahannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya