SOLOPOS.COM - Museum Samanhoedi di Kompleks Kantor Kelurahan, Sondakan, Laweyan, Solo, Kamis (19/5/2022). (Solopos/Siti Nur Azizah)

Solopos.com, SOLOMuseum Samanhoedi di kompleks Kantor Kelurahan Sondakan, Laweyan, Solo, mungkin jarang diperhatikan oleh masyarakat luas. Padahal museum tersebut menyimpan banyak aset berharga berupa pengetahuan mengenai sejarah Laweyan.

Museum tersebut menyimpan puluhan potret dan cerita H Samanhoedi yang hingga saat itu masih terjaga dengan baik walaupun jarang terjamah oleh masyarakat. Lurah Sondakan, Prasetyo Utomo, mengatakan museum itu diprakarsai Nina Akbar Tanjung, istri dari politikus Akbar Tanjung, dan resmi menjadi yayasan pada 2008.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Prasetyo mengatakan di dalam museum terdapat literasi, foto, dan catatan. Namun belum ada artefak. “Koleksinya ada literasi dan catatan, enggak ada artefak karena usaha mengumpulkan artefak belum tidak lah mudah,” paparnya saat ditemui Solopos.com di Kantor Kelurahan Sondakan, Kamis (19/5/2022)

Saat ini, Prasetyo mengatakan Museum Samanhoedi di Laweyan, Solo, dirawat oleh warga dan tokoh-tokoh masyarakat yang peduli sejarah. “Mereka ingin menyelamatkan aset semangat bangsanya, semangat Samanhoedinya. Seperti diketahui beliau menjadi ikon Sondakan, dijadikan museum itu, nama jalannya Samanhoedi, balainya juga pakai nama Samanhoedi”.

Walau begitu, menurut Prasetyo, museum ini layak untuk dikunjungi siswa yang ingin mendalami sejarah dan kegiatan Samanhoedi melalui foto dan tulisan. “Catatan sejarah, dokumen, dikembangkan untuk menampung mereka-mereka yang mau mengeksplor sebenarnya. Penelitian, pusat studi, mengeksplor Samanhoedi, dan kegiatan Laweyan pada masa lampau,” ujarnya.

Baca Juga: Kampung Wisata Sondakan Solo Tawarkan Paket Rp75.000-Rp130.000, Ini Fasilitasnya

Pahlawan Nasional

Samanhoedi adalah tokoh penting dalam sejarah dan perkembangan Laweyan sebagai pusat industri batik. Ia lah yang menginisiasi penggunaan metode membatik dengan cap. Metode itu menyingkat waktu pembuatan batik karena semakin lama industri batik dituntut cepat.

“Kalau orang dulu membatik menggunakan canting dan itu mungkin satu bulan baru selesai. Samanhoedi tidak, satu hari 30 lembar bisa. Itu masih ada, kami punya beberapa orang sini yang membuat stempel capnya di kampung Premulung, industri rumahan, perajin,” terangnya.

Selain dikenal sebagai saudagar batik, Samanhoedi mendirikan organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI). Organisasi tersebut berada di Laweyan yang mewadahi kaum pedagang batik. Samanhoedi juga mendapat gelar pahlawan nasional berkat tulisan-tulisannya pada masa itu.

Baca Juga: NAPAK TILAS SAMANHOEDI: Mengenang Jejak Perjuangan Samanhoedi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Museum Samanhoedi di Laweyan, Solo, yang didirikan pada  2008 ini memiliki satu ruangan lebar. Di situ terpampang hasil reproduksi foto, patung, piagam penghargaan, artikel dari majalah, serta poster-poster berisikan informasi dan narasi sejarah yang berkaitan dengan tokoh tersebut.

Walaupun jarang dikunjungi, kondisi benda-benda di dalam ruangan ini masih tertata dan terawat dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya