SOLOPOS.COM - Istimewa/BPBD Sragen Tim gabungan BPBD, polisi, dan petugas kesehatan memeriksa kondisi jenazah petani korban jebakan tikus berlistrik saat evakuasi di Dukuh Ngaringrejo, Desa Newung, Sukodono, Sragen, Kamis (22/4/2021).

Solopos.com, SRAGEN — Para pengurus gabungan kelompok tani (gapoktan) dan kelompok tani (poktan) di Kecamatan Sukodono, Sragen, diminta melepas jebakan tikus berlistrik dengan kesadaran sendiri.

Kesepakatan itu hasil musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Kecamatan Sukodono bersama gapoktan dan poktan untuk menyikapi banyaknya korban jebakan tikus berlistrik di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sukodono, Jumat (23/4/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Sukodono, Muh. Ary Waskito, saat dihubungi Solopos.com, Jumat siang, menerangkan untuk mengantisipasi korban baru jebakan tikus berlistrik dilakukan tahapan penyampaian kepada ketua gapoktan dan poktan se-Kecamatan Sukodono agar melepas jebakan tikus berlistrik secara mandiri.

Baca juga: Harta Bos Semut Rangrang Sragen Dirampas Negara, Korban Menjerit: Ini Tidak Adil!

Dia melanjutkan bila ada petani yang menolak melepas jebakan tikus berlistrik itu maka pengurus poktan supaya mendata petani tersebut dan dilaporkan ke Muspika.

Ary Waskito menyebut luas lahan pertanian di Sukodono itu mencapai 2.955 hektare tetapi potensi adanya jebakan tikus berlistrik paling banyak terdapat di tiga desa, yakni Desa Newung, Bendo, dan Pantirejo.

Lebih lanjut, dia menjelaskan jumlah petani yang memasang jebakan tikus berlistrik itu belum tahu karena belum ada pendataan.

Baca juga: Pentol Ini Laris Banget, Namanya Pentol Portugal, Ternyata Asal Sragen

“Kami dari penyuluh sejak dulu sudah melarang penggunaan listrik untuk jebakan tikus tetapi petani sendiri yang nekat. Kami juga sudah memberi solusi kepada petani untuk pemberantasan tikus. Pertama, dengan gerakan pengendalian tembak tikus. Gerakan ini dilakukan lewat kerjasama dengan Perbakin. Upaya ini sudah dilakukan pada musim tanam pertama lalu,” ujarnya.

Bantuan Rubuha dan Tyto Alba

Solusi kedua, ujar dia, dengan upaya gropyokan bersama-sama. Solusi ketiga dilakukan, kata dia, dengan menggunakan umpan kimiawi. Dia menerangkan pada musim tanam ini, PPL sudah mengajukan bantuan alat fumigasi emposan ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan & KP) untuk lima gapoktan.

“Kami berharap kepada Pemkab Sragen bisa memberikan bantuan rubuha dan burung hantu tyto alba untuk mengurangi populasi tikus di Sukodono,” ujarnya.

Baca juga: Pendatang Masuk Sragen Jelang Lebaran Dipantau Ketat dan Ruang Geraknya Dibatasi

Kabid Prasarana dan Sarana Pertanian Distan & KP Sragen Herta Wulandari juga mendapat laporan adanya muspika dan PPL melakukan rapat sebagai upaya antisipasi munculnya korban jebakan tikus berlistrik.

Dia mengatakan aksi di lapangan dilakukan Muspika dengan mengingatkan kepada poktan se Kecamatan Sukodono agar melepas jebakan tikus berlistrik itu supaya tidak muncul korban baru, seperti satu orang petani di Newung yang meninggal dunia pada Kamis (22/4/2021) lalu.

“Setelah pertemuan di BPP itu ada gerakan pelepasan jebakan tikus. Tetapi teknisnya ada di Muspika,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya