SOLOPOS.COM - CEO Jamu Iboe, Stephen Walla (kanan) saat talkshow virtual. (Tangkapan layar)

Solopos.com, SOLO – Pandemi ternyata dimaknai beragam oleh para pelaku industri. Mereka mengakui ada penurunan dalam hal keuntungan, namun mereka juga mendapatkan pelajaran untuk berubah dan berinovasi. Seperti yang dilakukan prodesen herbal Jamu Iboe.

Hal itu disampaikan CEO Jamu Iboe, Stephen Walla saat talkshow virtual Indonesia Bangkit dengan tema, Gairah Industri Hadapi Pandemi. Talkshow yang digelar Solopos tersebut dimoderatori Presiden Direktur Solopos Group, Arief Budisusilo atau AB.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Masa pandemi seperti sekarang ini adalah masa susah. Namun pandemi juga membuat kita belajar bagaimana kita harus melakukan perubahan-perubahan. Berpikir out of the box. Jadi ada sisi positifnya,” kata Stephen mengawali obrolan secara virtual, Jumat (19/2/2021) malam.

Baca jugaOjo Ngeyel Lur! PPKM Mikro Diperpanjang Lagi Sampai 8 Maret 2021

Pada awal pandemi, Stephen mengatakan ada kebijakan pemerintah yang membatasi pergerakan manusia. Kondisi ini jelas berpengaruh pada industri jamu, terutama untuk distribusi produk ke daerah lain.

Ditambah lagi, di mana jamu identik dengan kesan kuno. Sehingga lanjut Stephen, di samping menghadapi pandemi juga bagaimana mengikis kesan kuno tersebut. Untuk itu Jamu Iboe yang berdiri di Surabaya sejak 1910 terus melakukan analisa dan pengembangan.

“Kami ingin jamu bisa menjadi life style atau gaya hidup layaknya orang minum kopi dan the. Untuk itu Jamu Iboe tak hanya seduh, namun juga ada herbal sulemen dan Iboe Natural Drink yakni minuman kesehatan,” ujar Stephen.

Baca jugaHarapan Vaksinasi Covid-19 Pedagang Pasar untuk Ekonomi yang Lebih Baik

Pengembangan agar jamu menjadi gaya hidup, menurut Stephen, Jamu Iboe pun harus berkolaborasi dengan sejumlah pihak. Tujuannya agar kesan kuno hilang, jamu jadi gaya hidup karena mudah dikonsumsi.

“Seperti produk herbal jus, kami harus berkolaborasi dengan pihak lain agar produknya bisa dinikmati masyarakat. Kemudian bekerja sama untuk pembuatan finding machine yang membuat minum jamu atau herbal drink lebih mudah layaknya membeli soft drink,” jelas Stephen.

Daya Tahan Tubuh

Talkshow Virtual
Talkshow Virtual Solopos (Tangkapan layar)

Tidak hanya itu, karena sambung Stephen, Jamu Iboe juga bergeser tidak hanya mengandalkan jualan offline tapi juga online. Pembeli bisa menikmati layanan home delivery service, memilih produk Jamu Iboe di market place.

“Sebenarnya perkembangan nantinya dari offline ke online, namun karena pandemi perubahan itu seperti dipercepat. Termasuk webinar, ini juga ada untungnya karena jangkauannya lebih luas tidak hanya satu kota,” ujar Stephen.

Baca jugaTak Ada Order Selama Pandemi, Pengrajin Gamelan Wirun Sukoharjo Terancam Bangkrut

Pandemi juga membawa perubahan bagi industri jamu. Karena saat ini masyarakat juga mulai konsumsi herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hal itu, menurut Stephen, juga menjadi peluang bagi Jamu Iboe. Herbal drink berbahan kulit manggis, jahe, temulawak, dan lainnya diminati masyarakat.

Memang lanjutnya, apabila melihat keuntungan tidak sebaik saat kondisi normal. Namun setidaknya dengan dukungan pemerintah pada industri jamu atau produk herbal membuat bergairah lagi.

“Peluang sangat bagus karena masyarakat sadar pentingnya kesehatan, semoga ini berlanjut tidak hanya pandemi saja. Mencegah lebih baik ditambah mematuhi protokol kesehatan. Tidak hanya 5 M, namun 6 M di mana M terakhir adalah minum jamu,” imbuh Stephen.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya