SOLOPOS.COM - Sunarwiningsih, 50, saat menunjukkan produk jenis jamunya di Birit Kidul RT 005/RW 002, Desa Birit, Kecamatan Wedi, Senin (26/7/2021). (Solopos.com/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN – Jamu gendong yang diklaim antiCovid-19 buatan warga Birit Kidul RT 005/002, Desa Birit, Kecamatan Wedi laris manis selama pandemi Covid-19. Munculnya virus corona mengakibatkan beberapa warga yang sebelumnya tak pernah mengonsumsi jamu menjadi rutin minum jamu dengan alasan dapat menambah imunitas tubuh.

Hal itu diungkapkan Kepala Desa (Kades) Birit, Kecamatan Wedi, Sukadi Danang Witono, saat ditemui wartawan di desanya, Senin (26/7/2021). Di Birit memiliki sentra produksi jamu gendong, yakni di Dukuh Birit Kidul RT 005/RW 002. Di dukuh tersebut masih ditemukan 15-20 bakul jamu gendong.

Promosi Gelar Festival Ramadan, PT Pegadaian Kanwil Jawa Barat Siapkan Panggung Emas

“Jamu gendong bikinan warga di Birit Kidul banyak dicari pelanggan di tengah pandemi Covid-19. Nyatanya, sejumlah pasien positif Covid-19 yang mengonsumsi jamu secara rutin dapat sembuh [20 orang pasien positif Covid-19 dinyatakan sudah sembuh dan saat sekarang tinggal satu orang yang menjalani isoman]. Jamu ini juga diminum orang yang sehat karena dapat menambah imunitas tubuh. Jadi di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, lebih banyak yang tertarik minum jamu,” kata Sukadi Danang Witono.

Baca Juga: Penyekatan di Karanganyar Berakhir, Akses Seluruh Jalan Sudah Dibuka

Salah seorang penjual jamu gendong di Birit Kidul RT 005/RW 002, Desa Birit, Kecamatan Wedi, yakni Sunarwiningsih, 50, mengatakan pembuatan jamu yang diklaim antiCovid-19 itu masih dilakukan secara manual atau diolah dengan tangan. Jamu bikinannya sudah memiliki P-IRT bernomor 21233100130224-25.

P-IRT tersebut dikeluarkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Klaten, Cahyono Widodo tanggal 3 Agustus 2020. Terdapat delapan jenis produk jamu bikinan Sunarwiningsih. Di antaranya, beras kencur, kunir asem, temu lawak, empon-empon, bratawali, dan lainnya.

“Sejak munculnya pandemi Covid-19 sampai sekarang, penjualan jamu tergolong tinggi. Di setiap itemnya, saya biasa menambah empat liter per hari. Misalnya, jenis beras kencur tadinya tujuh liter menjadi 11 liter. Begitu juga yang lainnya,” katanya.

Ditanya pendapatan yang diperoleh setiap harinya, Sunarwiningsih, mengatakan mampu meraup omzet hingga Rp450.000. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibandingkan waktu sebelum pandemi Covid-19. Harga jamu bikinan Sunarwiningsih relatif terjangkau seluruh kalangan masyarakat, yakni Rp3.000 per gelas. Jamu dalam kemasan botol berisi 600 ml dijual Rp8.000 per botol.

“Sebelum pandemi biasanya Rp300.000 per hari. Jamu gendong ini istilah zaman dahulu. Di zaman dahulu menjualnya dengan cara digendong. Itu di zaman ibu saya [mendiang Marto Kani]. Kalau sekarang menjualnya menggunakan sepeda motor. Cakupannya bisa dua kecamatan. Biasanya ke Wedi dan Gantiwarno,” katanya.

Baca Juga: Nekat Balap Liar di Mojosongo Solo, 16 Pemuda Diciduk Polisi

Selain melayani pelanggan rumahan, Sunarwiningsih, mengaku juga membuka pojok jamu di Puskesmas Wedi. Program tersebut sekaligus bagian mempromosikan jamu ke pengunjung di puskesmas.

“Yang di Puskesmas itu namanya Dimas Denjaga. Itu kepanjangan dari Wedi Maju Sehat dengan Jamu Keluarga,” katanya. (Ponco Suseno)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya