SOLOPOS.COM - Beberapa anggota Jami'us Sholeh saat tampil beberapa waktu lalu (ist)

Beberapa anggota Jami'us Sholeh saat tampil beberapa waktu lalu (ist)

Bapak lan ibu kabeh dulurku
Podho njungkungo ing Pangeranmu
Kanthi netepi agama Islam
Tindak kang ala kapok kang tenan
Tindak kang becik podho diudi
Perlu giname sangune mati

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petikan lagu dari Syair Qubur itu biasa dinyanyikan Kelompok Hadrah dan Pengajian Jami’us Sholeh, Gandekan, Jebres, Solo, saat tampil. Lagu yang diciptakan Pengasuh Ponpes Darul Quran, Karangnongko, Klaten, KH Muhammad Suntaji Masyhudi, itu menjadi mars Jami’us Sholeh.

Tiap memasuki Bulan Syakban, Jami’us Sholeh agenda kian padat. Sejak tiga tahun lalu, selama Syakban, keluarga besar Jami’us Sholeh menyelenggarakan Gandekan Berselawat.

Pendiri sekaligus Ketua Jami’us Sholeh, Sumarno, menuturkan, pihaknya sengaja memilih Syakban karena beberapa alasan. Pertama, Syakban adalah syahru nabi. Kedua, sengaja memilih Syakban untuk menjaring jemaah yang datang agar lebih banyak. Ketiga, agar lebih semangat dalam menghadapi Ramadan.

“Kalau Rajab atau Mulud, kebanyakan ibu-ibu dan jemaah mengikuti kegiatan kelompok selawatan lain. Untuk itu, kami sengaja mengadakannya pada Bulan Syakban,” ujar Sumarno saat ditemui Solopos.com, di Sekretariat Jami’us Sholeh di Masjid At Tajdiid, Gandekan.

Pada Syakban kali ini, Jami’us Sholeh tak hanya melantunkan selawat di wilayah Gandekan. Dengan mengusung tema Berjihad dengan Mengumandangkan Sholawat, kelompok tersebut juga tampil di Klaten, Karanganyar dan Wonosari (DIY).

Sumarno mengemukakan Jami’us Sholeh berdiri sekitar tahun 2006. Agenda rutinnya yaitu pengajian rutin sekaligus latihan tiap Kamis malam dan Gandekan berselawat.

“Lewat Jami’us Sholeh, kami ingin ndandani akhlak sebagai benteng manusia. Kata ulama, kalau akhlak sudah baik dimasuki ilmu apa saja bisa masuk,” tambah Sumarno.

Pendiri Jami’us Sholeh lainnya, Andreas Dian Nugroho. Dian mengatakan anggota Jami’us Sholeh kebanyakan ABG [anak baru gede] yaitu usia remaja. Sedangkan jemaah yang mengikuti pengajian tidak hanya remaja. Ada anak-anak dan orangtua.

“Kalau tampil di luar sekaligus sebagai tamasya religi,” ujar vokalis Ja’mius Sholeh itu. Sumarno bersyukur banyak dukungan yang datang dari berbagai elemen masyarakat. Takmir Masjid At Tajdiid juga memberikan dukungan penuh. Ia mengaku pernah ada bantuan yang bisa digunakan untuk membeli
seperangkat rebana lengkap. “Kami berharap nantinya bisa punya sound system. Saat ini, biasanya kami dipinjami Pak Kasno [Ketua DPRD Solo, YF Sukasno].

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya