SOLOPOS.COM - Salah satu produk Batikaloka Karanganyar (Istimewa)

Solopos.com, KARANGANYAR–Dengan mengusung isu produk ramah lingkungan, Batikaloka menghadirkan produk kerajinan batik yang berbeda dengan kerajinan batik pada umumnya.

Sejak 2018, semua produk batik dari PT Batikaloka Karya Indonesia asal Klangon Wetan, Gantiwarno, Matesih, Karanganyar, itu dibuat dengan pewarnaan alami.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Melalui produk batik, kami mengangkat isu terkait kepedulian akan lingkungan. Demi menjaga keseimbangan kehidupan, industri punya tanggung jawab untuk menjaga alam. Dengan pewarnaan alami, produk batik kami jadi ramah lingkungan. Jika lingkungan bersih, harapannya warganya bisa sehat dan sejahtera,” ujar Co-Founder PT Batikaloka Karya Indonesia, Paramita Kusuma Dewi, 23, kepada Solopos.com, Kamis (5/8/2021).

Baca Juga: Imbau Komunitas Tak Konvoi dan Kopdar Selama PPKM, Polres Karanganyar Tilang 17 Pemotor

Lulusan Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada pada 2019 itu menekuni usaha produksi batik yang diwariskan dari nenek moyangnya secara turun temurun.

Sejak 2018, Batikaloka hanya memproduksi batik dengan pewarnaan alami. Sesuai namanya, Batikaloka berharap produk batik ramah lingkungannya bisa termasyur hingga mendunia.

Untuk menghasilkan warna alami, Batikaloka menggunakan daun indigofera yang hanya menghasilkan satu warna yakni biru keunguan. Tanaman liar ini biasa tumbuh di perkebunan. Namun, saat ini sudah tersedia produk daun indigofera dalam wujud pasta yang lebih praktis digunakan sebagai pewarna alami.

Baca Juga: SG Dampingi UMKM Berkebutuhan Khusus Bersaing di Kompetisi Pemberdayaan Perempuan se-Asia Pasifik

Pewarna Alami Lebih Soft

Co-Founder PT Batikaloka Karya Indonesia, Paramita Kusuma Dewi, 23. (istimewa)
Co-Founder PT Batikaloka Karya Indonesia, Paramita Kusuma Dewi, 23. (Istimewa)

Secara fisik, terlihat jelas perbedaan batik yang dibuat dengan pewarna kimia dengan batik yang dibuat dengan pewarna alam. Batik dengan pewarna kimia cenderung menghasilkan pantulan warna yang mengkilap, mencolok atau terang.

Berbeda dengan perwarna alami yang lebih soft. “Orang awam tahunya produk batik kami itu warnanya cenderung pucat. Padahal itu karena dibuat dengan pewarna alami,” papar Paramita.

Lantaran dibuat dengan pewarna alami, perawatan produk Batikaloka pun berbeda dengan batik yang dibuat dengan pewarna kimia. Bagi pemilik kulit sensitif, produk Batikaloka nyaman dipakai karena tidak menimbulkan iritasi.

Baca Juga: Perempuan Asal Triyagan Sukoharjo Jatuh Dari Jembatan Jurug Solo Saat Kendarai Motor

Untuk menjaga warga tidak mudah pudar, Paramita menyarankan produk Batikaloka tidak dicuci dengan detergen, melainkan dengan cairan lerak yang belakangan semakin mudah didapatkan di pasar.

“Batik dengan pewarna alami perawatannya harus hati-hati. Cara mencucinya tidak boleh dicampur dengan pakaian lain di mesin cuci karena bisa rusak warnanya. Biasanya saat mempromosikan produk ini melalui pameran, kami juga mengedukasi konsumen terkait cara perawatan batik dengan pewarna alami,” terang Paramita.

Batikaloka konsisten mengusung produk batik dengan langgam tradisional atau klasik khas Solo. Dalam sebulan, Batikaloka rata-rata memproduksi 21-25 potong kain batik. Satu potong kain ukuran 2 x 1,15 meter dibanderol mulai Rp350.000 hingga Rp1 juta. Sarung batik merupakan produk utama dari Batikaloka.

“Kami membidik segmen menengah ke atas. Pangsa pasar kami sebagian besar masih di Jakarta, disusul Bandung, Surabaya hingga Bali. Produk kami juga sampai ke Malaysia berkat beberapa teman,” ucap Paramita.

Baca Juga: IHSG Turun Tinggalkan 6.100, Saham Bukalapak Anjlok Dijual Investor Asing

Guna menunjang tumbuh kembang usahanya, Paramita mengikuti UMKM Virtual Expo 2021 yang digelar Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Solo bekerja sama dengan Solopos Media Group. Pelatihan yang diikuti puluhan peserta itu digelar secara bertahap, April 2021-Juni 2021.

Melalui program itu, Paramita banyak mendapat pemahaman penting terkait cara meningkatkan penjualan dengan sejumlah konten di media sosial hingga pemasaran melalui market place di Tokopedia dan Shopee. “Selama ini, kami biasa menjalin kerja sama dengan panitia workshop atau pameran. Nanti kita bagi hasil dengan panitia. Ke depan, saya akan memperkuat penjualan melalui Tokopedia dan Shopee. Perlu konten yang lebih kreatif lagi untuk menjangkau pasar yang lebih luas,” paparnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya