SOLOPOS.COM - Salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU), K.H. Bahaudin Nursalim atau Gus Baha saat berceramah dalam kegiatan Daurah Ilmiah Merawat Tradisi Sanad Keilmuan Ulama Nusantara di Banten, beberapa waktu lalu. (Youtube Al Fachriyah)

Solopos.com, JAKARTA — Salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU), K.H. Bahaudin Nursalim atau Gus Baha menjadi rujukan umat Islam dari berbagai kelompok karena memiliki kedalaman ilmu agama yang luar biasa.

Kecintaan kepada Gus Baha bukan hanya dari kalangan NU melainkan dari berbagai organisasi Islam lainnya di banyak tempat di Tanah Air.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Walaupun penggemar Gus Baha sudah menjangkau lintas suku dan daerah tapi ia masih sering menggunakan bahasa Jawa di setiap ceramahnya.

Gus Baha ternyata punya alasan tersendiri kenapa sering menggunakan bahasa Jawa dalam ceramah-ceramahnya.

Baca Juga: Kabar Duka: Tokoh Perdamaian Solo, KH Muhammad Dian Nafi Meninggal Dunia

“Saya sering dikomplain orang, ‘Gus, Anda ini kiai nasional tolong pakai bahasa Indonesia’. Justru ini bentuk tawadlu (rendah hati) saya,” ungkap Gus Baha seperti dikutip Solopos.com dari kanal Youtube Al Fachriyah, Sabtu (1/10/2022).

Pernyataan Gus Baha itu disampaikan dalam kegiatan Daurah Ilmiah Merawat Tradisi Sanad Keilmuan Ulama Nusantara di Banten.

Selain Gus Baha, acara diisi oleh Habib Jindan bin Salim bin Jindan dan dihadiri ulama se-Banten dan Jabodetabek.

Baca Juga: Kronologi Putri Kiai Ponpes Lirboyo Dilabeli Tolol di Video Eko Kuntadhi

Meski keilmuannya diakui banyak kalangan, Gus Baha merasa dirinya bukan kiai nasional. Ia merasa hanya sebagai kiai lokal yang hanya dikenal oleh masyarakat dari tempatnya berasal, yakni masyarakat Jawa.

“Saya merasa kiai ya di daerah saya, di komunitas saya, ndak merasa kiai global, kiai nasional. Jadi saya (pakai) bahasa Jawa itu justru tawadlu saya,” ujar salah satu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.

Suami dari Ning Winda ini lantas membuat ilustrasi untuk menguatkan argumentasinya tersebut.

Baca Juga: Khutbah Jumat Hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW

Menurutnya, para nabi diberi tugas berdakwah oleh Tuhan sesuai dengan bahasa kaumnya.

“Nabi-nabi dulu ‘idz qala liqaumihi‘, jadi hanya (di daerahnya). Terus akhirnya ‘jenengan ngawur saja masih punya dalil katanya’,” tambah Gus Baha yang langsung disambut tawa peserta pengajian.

“Sebenarnya saya ndak mau berargumentasi. Supaya kamu tahu bahwa pilihan saya itu ada sanadnya. Itu saja,” imbuh ulama asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya