SOLOPOS.COM - Pemilik Meuza, Yahyu Susilowati, memamerkan produk dagangannya berupa minuman tradisional wedang uwuh di rumahnya, Jumat (13/8/2021). (Istimewa)

Solopos.com, KLATEN – Menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK) tak membuat Agung Cahyo Nugroho putus asa. Bersama istrinya, Yayuk Susilowati, pria asal Klaten itu justru mampu berdikari.

Ia merintis usaha pembuatan minuman tradisional, wedang uwuh dengan brand Meuza. Berbekal ketekunan, pasutri asal Klaten ini pun mampu mengembangkan bisnis yang didirkan sejak empat tahun lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak hanya memasarkan produknya di wilayah Soloraya, Cahyo bahkan juga menerima pesanan hingga ke luar Pulau Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. “Dulu sebelum pandemi, bisa kirim sampai Bandung, Jakarta, Sulawesi, Kalimantan, hingga Papua. Tapi, yang paling sering [pesan] Bandung, Jakarta, sama Papua,” ujar Agung kepada Semarangpos.com (jaringan Solopos Media Group), Jumat (13/8/2021).

Baca Juga: Nyaris Bangkrut, Usaha Sepatu Bayi D’Paras Boyolali Kini Raup Omzet Rp12 Juta Per Bulan

Agung mengaku awalnya tidak terpikir berkecimpung dalam bisnis minuman tradisional wedang uwuh. Awalnya, ia bekerja di dealer sepeda motor di Klaten. Namun pada 2018 lalu ia di-PHK dan menjadi pengangguran. Setelah di-PHK, Agung sempat bingung mau berwiraswasta di bidang apa.

“Kemudian, saya sama keluarga jalan-jalan ke Imogiri. Di sana dapat ide jualan wedang uwuh,” tuturnya.

UMKM vritual expo 2021 wedang uwuh
Wedang uwuh Meuza. (istimewa)

Agung pun kemudian berusaha membuat wedang uwuh sendiri. Bahan-bahan pembuatan wedang uwuh seperti cengkeh, jahe, kayu manis, kapulaga, daun serai, hingga gula batu, ia peroleh di pasar terdekat.

Baca Juga: 3 Srikandi Pengusaha Masa Kini, Bikin Gebrakan Bisnis Saat Pandemi

Berburu Rempah

Namun, ia juga tidak segan berburu bahan rempah-rempah itu hingga ke perbatasan Wonogiri-Ponorogo. Alhasil, ia pun mampu meracik wedang uwuh yang diminati pasar. Ia biasa memasarkan produksnya secara konsinyasi, atau dititipkan ke toko-toko oleh-oleh, rumah makan, hingga apotek.

Satu paket produk wedang uwuh Meuza dipasarkan dengan harga Rp20.000. Namun, satu kemasan itu bisa digunakan untuk membuat 5 gelas wedang uwuh.
“Selain itu, wedang uwuh buatan kami bisa diseduh ulang. Jadi satu gelas bisa diseduh hingga tiga kali. Itu keunggulan produk Meuza dibanding yang lain,” ujar Agung.

Pria yang tinggal di RT 001/RW 002, Dusun Karangasem, Desa Jaten, Kecamatan Juwiring, Klaten itu mengaku omzet dari berjualan wedang uwuh bisa mencapai Rp7 juta-Rp10 juta tiap bulannya sebelum pandemi. Omzetnya menurun drastis di masa pandemi ini. Pesanan dari luar Pulau Jawa, seperti Papua pun lambat laun menyusut.

“Sekarang sebulan bisa dapat omzet Rp4 juta saja sudah bagus. Apalagi, sekarang wisata masih ditutup. Toko oleh-oleh juga banyak yang sepi,” imbuhnya.
Meski demikian, Agung mengaku tidak kehilangan akal. Ia terus berusaha untuk mengembangkan bisnisnya di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga: Nava Hotel Hadirkan Chinese Set Menu, Pas Untuk Keluarga

UMKM Virtual Expo

Sistem pemasaran secara online pun mulai dijajaki. Salah satunya dengan mengikutsertakan istri Agung, Yahyu, untuk mengikuti pelatihan UMKM Virtual Expo 2021 yang digelar Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan (KPw) Solo bekerja sama dengan Solopos Media Group, beberapa waktu lalu.

Dalam pelatihan itu, Yahyu mendapat banyak pelajaran berharga. Salah satunya yakni cara memasarkan produk secara online dengan menggunakan marketplaces seperti Shopee dan Tokopedia.

Ke depan, Meuza tidak hanya akan memasarkan produk wedang uwuh. Pasutri asal Klaten itu juga akan memasarkan produk minuman tradisional yang lain berupa teh bunga telang dan teh herbal bawang Dayak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya