SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Seorang suami tentu pernah menjadi sasaran amarah sang istri. Entah karena persoalan sepele maupun permasalahan serius. Namun bagaimana jika istri memang hobi marah-marah dan sedikit-sedikit minta cerai?

Baru-baru ini seorang aparat sipil negara (ASN) di Kota K yang enggan disebutkan namanya mengeluhkan hal itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya seorang ASN, 38 tahun, dengan dua anak, putra, 8 tahun dan putri, 3 tahun. Namun, saya memiliki istri yang suka marah dan kerap pulang ke rumah orang tuanya. Tidak hanya beberapa hari namun bisa satu bulan bahkan terakhir selama 3 bulan. Ini membuat jengkel, apalagi istri ingin bercerai,” kata dia.

Padahal sebagai suami, dia mengaku selalu berusaha menunaikan kewajiban serta berusaha memberikan kedamaian bagi keluarga. “Apa yang harus saya lakukan dan bagaimana nasib anak-anak jika kami bercerai?”

Menurut psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Zahrotul Uyun, kehidupan berumah tangga pasti ada pasang surutnya. Rumah tangga merupakan hubungan yang menyatukan dua orang yang memiliki karakter yang berbeda, namun memiliki visi dan tujuan yang sama.

“Tentunya perbedaan ini dapat memicu timbulnya konflik. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh seorang suami adalah karakter istri yang sering marah-marah dan bahkan sampai minta cerai,” ujar dia.

Jika sampai terjadi perceraian, dampaknya tidak hanya bagi suami, istri, namun juga anak-anak. Menghadapi istri yang suka marah-marah, menurut Zahrotul Uyun, sebaiknya suami mengatur emosi agar tidak ikut terbawa. Tunggu waktu yang tepat untuk berdiskusi. Kenali apa yang menjadi akar permasalahannya.

“Komunikasi yang baik, saling terbuka akan membuat hubungan menjadi harmonis. Namun jika dipendam akan menimbulkan kesalahpahaman.”

Menurutnya, tidak ada salahnya meminta maaf kepada istri agar situasi panas menjadi reda. Biarkan istri mengungkapkan segala isi hatinya dan jangan memotong pembicaraannya. Tetap tunjukkan rasa sayang dan cinta pada istri, membantu sebagian pekerjaan rumah tangga atau merawat anak.

“Berikan pujian untuk meredam amarah istri, ini juga akan menjadi motivasi bagi istri untuk bersikap lebih baik lagi. Upayakan kepala tetap dingin dan sabar menghadapi istri yang sedang marah. Hindari menggunakan nada suara tinggi agar pesan tersampaikan,” kata Zahrotul Uyun.

Kendati disarankan bersikap demikian, seorang suami dituntut juga untuk bersikap tegas. Namun tidak boleh menggunakan kekerasan terhadap istri. Seorang suami dapat mengingatkan kembali tujuan perkawinan, bahwa suami-istri ingin mendapatkan kebahagiaan dan saling menyayangi.

“Anda juga bisa konsultasi dengan orang lain yang tepat. Bisa dengan orang tua, sahabat yang dapat dipercaya, konselor atau pemuka agama. Minta nasihat mereka, bagaimana menghadapi istri yang suka marah-marah bahkan ingin bercerai,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya