SOLOPOS.COM - ilustrasi Islam Aboge Banyumas (Instagram/@banokeling.id)

Solopos.com, BANYUMAS -- Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia dengan jumlah presentase 86,7% dari 270,6 juta  jiwa. Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Akulturasi budaya menjadi media bagaimana Islam berkembang pesat di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Islam Jawa atau yang dikenal dengan Islam Kejawen sejak lama telah dikenal sebagai akomodatif dengan muatan budaya lokal. Sejak lama juga Islam di Jawa memang dikenal oleh masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan akulturasi  yang kuat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mengutip dari situs Indonesia.go.id, Jumat (18/6/2021) merujuk pada penelitian lapangan milik Elva Laily dalam jurnalnya berjudul Srinthil, Pusaka Saujana Lereng Sumbing, Islam Kejawen memiliki beberapa aliran, salah satunya adalah Islam Aboge yang berkembang di kalangan masyarakat Jawa Tengah bagian barat, seperti Temanggung, Banyumas dan daerah lainnya.

Baca Juga : Nusa Tembini, Kerajaan di Cilacap yang Jadi Nama Kereta Api

Ekspedisi Mudik 2024

Namun dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa Islam Aboge bukanlah aliran tersendiri. Aboge sendiri merupakan akronim dari Alip-Rebo-Wage, yang lebih pada mengacu perhitungan kalender Jawa menggunakan sistem satu windu atau delapan tahun untuk menyelesaikan satu periode waktu. Menurut pemikiran Aboge,  satu windu terdiri dari tahun Alip, He, Jim Awal, Je, Dal, Be,Wawu dan Jim Akhir.

Sedangkan satu tahun tetaplah dua belas bulan dan satu bulan terdiri dari 29-30 hari dengan hari pasaran terdiri dari Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing. Terkait sistem pasaran ini, hari pertama pada tahun Alip jatuh pada hari Rebo Wage.

Komunitas Islam Aboge Banyumas
Komunitas Islam Aboge Banyumas (Sumber: Liputan6.com)

Baca Juga: Pemerintah Dukung UMKM Banyumas dengan Dana Hibah

Di Kabupaten Banyumas sendiri, Islam Aboge berkembang di beberapa daerah, seperti Jatilawang, Ajibarang,Rawalo, Pekuncen, Karanglewes dan Wangon. Oleh para penganutnya, diyakini bahwa sistem  perhitungan ini telah dipergunakan oleh para wali sejak abad ke-14.

Layaknya paham Kejawen, menurut penelitian dari Laily, cara berdoa penganut Islam Aboge masih menyelipkan ungkapan “kakang kawah adi ari-ari, kiblat papat limo pancer.” Sedulur papat adalah empat unsur yang lahir ke dunia bersamaan dengan kelahiran bayi, Kawah atau ketuban, ari-ari atau plasenta, puser atau tali pusar dan getih atau darah.

Sedangkan aspek kelima ialah pancer atau pusat yang berarti kita sendiri sebagai pusat kehidupan Ketika dilahirkan. Saat mengucapkan basmalah, dilanjutkan membaca doa berikut yang berbunyi “kakang kawah adi ari-ari sederek pitu ingkang nunggil sak garwo putro ingkang kahurmatanku mboten kahurmatan kiblat sekawan gansal pancer sedoyo tansah tumanjuk wonten ing jiwo kasaleliro ing saklami-laminipun.”

Baca Juga : Ini Dia 8 Curug di Desa Wisata Ketenger yang Mirip di Swiss

Singkat kata, doa itu dimaksudkan memberi hormat bakti kepada unsur-unsur pada diri manusia sendiri, bumi, air, angin, api, cipta, logika, pikiran untuk tetap jadi satu kesatuan utuh sebagai bekal diri pribadi selamanya.

Setiap bulan, masyarakat Islam Aboge selalu mengadakan ritual slametan. Acara ini diadakan setiap bulan di atas tanggal 10 atau sebelum tanggal 15 menurut sistem kalender Jawa. Slametan ini bertujuan unutk menghormati para nabi dan wali. Dalam acara slametan ini disediakan jenang abang perak (bubur merah putih) sebagai sesaji.

Prosesi Caos bekti, ritual sungkeman komunitas Islam Aboge
Prosesi Caos Bekti, ritual sungkeman komunitas Islam Aboge (Instagram/@banokeliling.id)

Pada perayaan hari Raya Idul Fitri 2021 yang jatuh pada 13-14 Mei 2021 lalu, masyarakat Islam Aboge di Kabupaten Banyumas dan Cilacap menetapkan hari lebaran jatuh pada Jumat Kliwon, 14 Mei 2021.  Hal ini sesuai dengan  pengitungan kalender Alip Rebo Wage (Aboge).

Mengutip dari Liputan6.com, salah satu kelompok yang berlebaran pada haru Jumat adalah Komunitas Banokeling, Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang. Juru Bicara Adat Banokeling, Sumitro mengatakan dalam kalender Aboge tahun 2021 ini adalah tahun Jemakhir atau Jim Akhir.

Di tahun tersebut, 1 Syawal atau lebaran Idul Fitri ditentukan dengan rumus Waljiro atau Syawal siji loro, yang artinya1 Syawal Aboge tiba pada hari kesatu pasaran kedua, setelah jatuhnya hari 1 Syura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya