SOLOPOS.COM - Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati bersama Kepala Desa Jabung Triyono meletakkan batu pertama rehab RTLH di salah satu warga miskin di wilayah Desa Jabung, Plupuh, Sragen, Rabu (13/7/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, heran dengan kondisi kemiskinan di kabupatennya. Sragen menjadi daerah dengan angka kemiskinan tertinggi di Soloraya yakni 13,83%.

Ironisnya, jumlah jemaah haji asal Sragen itu selalu terbanyak se-Soloraya. Untuk bisa menjalankan ibadah haji butuh dana yang tak sedikit, apalagi di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Jumlah jemaah haji di Sragen pada 2021 lalu tercatat sebanyak 1.182 orang. Jemaah haji yang berangkat ke Tanah Suci pada 2022 sebanyak 556 orang.

“Kami berjibaku dengan kemiskinan bertahun-tahun. Kalau dilihat secara kasat mata, sembrebet semua, kehidupan masyarakat Sragen lebih baik dibanding daerah lainnya. Jemaah haji se-Soloraya terbanyak di Sragen, ada 500 orang lebih. Sama saja mengindikasikan jan-jane [masyarakat Sragen] lebih di atas rata, [tapi] kok kemiskinan tinggi, carane piye?” ujar Bupati Yuni saat meluncurkan Desa Tuntas Kemiskinan Gotong-royong di Balai Desa Jabung, Plupuh, Sragen, Rabu (13/7/2022).

Baca Juga: Memotret Upaya Warga Jabung Sragen Lepas dari Zona Merah Kemiskinan

Ia membeberkan betapa banyak upaya yang dilakukan Pemkab untuk entaskan kemiskinan. Seperti bedah rumah tidak layak huni (RTLH) sampai diecer-ecer per desa, tapi nyatanya tidak tuntas. Program jambanisasi, kata dia, hampir setiap tahun ada, tetapi masih ada yang tidak punya jamban.

Atas dasar itulah, Bupati memiliki inovasi dengan mengerakan Tumis Gotong-Royong berbasis desa. Dalam pengentasan kemiskinan itu, Yuni menganalogikan seperti mengobati penyakit.

Baca Juga: Gunakan Dana Desa Untuk Entaskan Kemiskinan di Sragen

Dia mengatakan kalau sakit panu kemudian diobati dengan paracetamol maka tidak tepat. Demikian halnya dengan kemiskinan itu, kata dia, harus diasesmen dan didiagnosa apa saja yang dibutuhkan untuk mengentaskannya.

“Ada yang butuh bedah rumah. Ada yang butuh jamban. Ada yang butuh modal usaha ekonomi produktif. Bantuan modal Rp2 juta itu buat jualan buah. Harapannya besok jadi pengusaha buah dan sukses kemudian bisa membantu warga sekitarnya. Bagi simbah-simbah sebatangkara, pemerintah hadir memberi jatah hidup. Kalau ada anaknya yang mampu maka bisa menopang hidup simbahnya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya