SOLOPOS.COM - Petani menggarap lahan di waduk Cengklik yang surut karena musim kemarau. (Muhammad Ismail/JIBI/Solopos)

Irigasi pertanian, volume air di Waduk Cengklik menyusut dan hanya bisa digunakan sebulan.

Solopos.com, BOYOLALI–Volume air Waduk Cengklik, Ngemplak, Boyolali masih tersisa sebanyak 1,4 juta m3. Surutnya air di Waduk Cengklik dimanfaatkan warga setempat untuk menanam tanaman padi dan palawija.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah seorang warga Parini, mengatakan setiap musim kemarau warga yang tinggal di sekitar Waduk Cengklik banyak memanfaatkan tanah waduk untuk bercocok tanam. Tanaman yang ditanam warga adalah kacang tanah, jagung, dan padi.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami sudah mengantongi izin dari pengelola waduk untuk menanam padi di dalam waduk,” ujar Parini saat ditemui Solopos.com di waduk, Rabu (28/10/2015).

Parini mengaku memilih menanam padi karena hasilnya sangat menjanjikan dari pada menanam tanaman palawija. Ia menjelaskan menanam padi di tengah waduk tidak menjamin bisa panen karena tanaman padi sewaktu-waktu bisa terendam air ketika musim hujan.

“Musim hujan sudah pasti kondisi waduk penuh dan merendam semua tanaman yang ada di waduk. Kalau seperti itu kondisinya warga gagal panen,” kata Parini.

Parini mengatakan warga nekat bercocok tanam di waduk karena tidak memiliki lahan. Ia tidak peduli jika tindakannya itu akan membuat waduk menjadi dangkal.

Sementara itu, petugas penjaga pintu air Waduk Cengklik, Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA), Tarmo, mengatakan elevasi air di Waduk Cengklik kini tinggal 1,4 meter dengan jumlah kapasitas air 1,4 juta m3. Sebelum musim kemarau elevasi air masih sekitar 3 meter dengan jumlah volume air sekitar 9 juta m3.

Meski demikian, menurut Tarmo, volume air di Waduk Cengklik saat ini masih cukup untuk keperluan irigasi pertanian di sekitar waduk. Ada sekitar 2.000 hektare area pertanian di 14 desa di Ngemplak dan Nogosari yang menjadi daerah irigasi Waduk Cengklik.

Dia menjelaskan saluran irigasi waduk sisi kanan masih mampu mengeluarkan air untuk pertanian sebanyak 300 meter kibik per detik/hari. Sementara waduk irigasi sebelah kiri sebanyak 100 meter kibik per detik/hari.

“Kami memprediksi awal November sudah masuk musim hujan kalau tidak kondisi air di waduk akan semakin surut dan  mengering,” kata dia.

Ditanya mengenai warga yang bercocok tanam di waduk, Tarmo mengaku BPSDA tidak pernah mengeluaran izin ke warga. Ia mengatakan banyaknya warga bercocok tanam di waduk membuat kondisi waduk menjadi dangkal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya