SOLOPOS.COM - Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017 dengan Memperkuat Momentum, Mewujudkan Ekonomi DIY yang Inklusif di Gedung Pusat-Ruang Seminar Lt.3 STIE YKPN, Sleman, Kamis (14/12/2017). (IST/Dok KPw BI DIY).

DIY dipandang sebagai ladang investasi yang strategis

Harianjogja.com, SLEMAN-Kendati sumbangan investasi terhadap perekonomian DIY belum optimal, DIY dipandang sebagai ladang investasi yang strategis. Wilayah investasi yang strategis mencakup lingkungan aman, nyaman, stabil, dan lokasi menguntungkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perwakilan Balai Statistik Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Kurniawan mengatakan, investor memilih DIY karena kondisi stabil, terutama politiknya. Hal ini berbeda dengan daerah lain yang situasi masyarakatnya kerap memanas karena terjadi pemilihan kepala daerah. Menurutnya, pemilihan Kepala Daerah di DIY yang dilakukan berdasarkan penetapan membawa andil terciptanya kondisi masyarakat yang aman dan stabil.

Laporan Bank Dunia dan International Finance Corporation (IFC) pada Februari 2012 juga menyebutkan, melakukan investasi di DIY lebih mudah dan situasi daerahnya sangat mendukung. Ada beberapa investasi unggulan di DIY. “Tiga poros investasi unggulan DIY adalah budaya, pariwisata, dan pendidikan,” kata dia dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di STIE YKPN, Kamis (14/12/2017).

Kendati menjadi salah satu daerah yang strategis, kontribusi investasi DIY terhadap perekonomian daerah masih berkisar 30%. Setelah di data, Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hanya tertarik ke sektor tersier seperti bisnis hotel, restoran, dan juga gas. Sementara, untuk sektor primer dan sekunder seperti pertambangan dan industri masih rendah.

Pada 2016, realisasi kumulatif PMA mencapai Rp7,55 triliun dan lebih besar dari yang direncanakan sebesar Rp6,62 triliun. Minat investor terhadap sektor tersier mendominasi sebesar 71,5%, sementara sektor sekunder dan primer masing-masing 20,26% dan 8,24% dari total realisasi PMA.

Kurniawan mengatakan, PMDN sektor tersier juga mendominasi pada angka 58,28%, sedangkan sektor sekunder seperti industri menyumbang 41,09% dan primer pertambangan hanya 0,63%. “Rencananya tinggi tapi capaiannya rendah. Rencananya Rp7,5 triliun dan capaiannya hanya Rp4,5 triliun,” katanya.

Dua kabupaten di DIY yaitu Gunungkidul dan Kulonprogo menjadi wilayah strategis untuk investasi. “Pengembangan hotel dan restoran di Gunungkidul masih berpotensi besar karena Gunungkidul akan dikembangkan menjadi sektor pariwisata unggulan,” katanya.

Sementara, Kulonprogo diproyeksikan semakin berkembang seiring adanya bandara baru New Yogyakarta Internasional Airport (NYIA), terutama dari sektor perdagangan.

Terkait pembangunan bandara baru, Sekretaris Daerah DIY Gatot Saptadi mengatakan, Kulonprogo akan maju pesat dengan keberadaan bandara kelas internasional itu. Ia berharap masyarakat lokal jangan hanya jadi penonton tetapi ikut terlibat dalam dinamika ekonomi yang terjadi. “Butuh perlindungan agar warga lokal tidak terdesak warga dari luar. Investor harus lebih diprioritaskan dari lokal,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya