SOLOPOS.COM - logo Panasonic (Reuters)

Investasi Indonesia kembali terguncang dengan penutupan pabrik Toshiba-Panasonic.

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) belum bisa berkomentar terkait penutupan pabrik Panasonic di Cikarang, Jawa Barat dan Pasuruan, Jawa Timur, dan pabrik Toshiba di Cikarang. Pihaknya masih menunggu keterangan dari Rachmat Gobel selaku Komisaris PT Panasonic Gobel.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat tarnsportasi, dan Elektronik, I Gusti Putu Suryawirawan, mengatakan pihaknya sudah menerima laporan terkait penutupan pabrik lampu Panasonic dan pabrik televisi Toshiba. Namun, ia mengatakan belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena menunggu informasi resmi dari pihak Panasonic.

“Saya belum bisa nanggapi karena saya belum denger Rachmat Gobel ngomong. Setelah Rachmat ngomong, saya baru ngomong. Saya enggak mau berdebat untuk sesuatu yang masih ‘katanya’,” kata dia saat ditemui di kantornya pada Rabu (3/2/2016).

Penutupan pabrik Panasonic Lighting diduga akibat kalah bersaing dengan Korea Selatan serta China. Rencananya, Panasonic akan menyerahkan produksi kepada perusahaan Tiongkok. “Panasonic masih kepemilikannya yang lama mereka cuma restrukturisasi sedangkan Toshiba kalau tidak salah ada masalah di Jepang dan akan ada pindah tangan ownership,” ujarnya.

Menurut dia, yang dilakukan Panasonic itu hanya sebagian kecil dari bisnisnya. Karena itu, penutupan pabrik hanya bentuk restrukturisasi perusahaan bisnis elektronik asal Jepang ini.

“Yang harus kita jaga jangan sampai mereka semena-mena sama tenaga kerja kita jadi Tenaga kerja harus dilindungi karena mereka masih produktif. Saya kira Panasonic tidak begitu saja melepas, mereka kan sudah investasi di situ.”

Ia mengaku hingga sejauh ini belum ada laporan terkait jumlah karyawan yang harus dirumahkan akibat penutupan tiga pabrik ini. “Dari mana jumlah 2500 kita aja enggak tahu, belum ada laporannya. Tanya saja sama Pak Rachmat [Gobel],” ujarnya.

Kondisi bisnis elektronik, lanjutnya, masih dirasa baik karena arus investasi ke perusahaan elektronik lancar. Industri memang bergantung pada teknologi, demand, dan kebutuhan konsumen. Menurutnya, antara demand dan kebutuhan ini secara logika akan selalu berubah.

Dia berpenapat perubahan bisnis di sektor manufaktur merupakan hal yang wajar karena harus terus mengikuti arus teknologi. Rencana penutupan pabrik Panasonic memang sudah diumumkan sejak Desember 2015 dan Toshiba pada akhir Januari 2016. Ia menilai rencana penutupan ini pasti sudah memiliki perhitungan sehingga ini bukanlah keputusan tiba-tiba untuk melakukan PHK karyawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya