SOLOPOS.COM - Pemilik Iswara Food, Dewi Aminah menunjukkan produk miliknya di Kedai Saebani, Kauman, Solo, pada Rabu (1/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Kisah inspirartif datang dari Dewi Aminah, ibu rumah tangga asal Kauman, Solo. Berkat kesabarannya dalam mengasuh anak yang mengidap autis, Dewi mendapat hadiah yang tidak disangka yakni anaknya itu bisa menjadi hafiz Al-Qur’an pada usia 17 tahun.

Dengan asupan makanan dengan resep yang dibuat sendiri, anak Dewi yang mengidap autis itu mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Selain bisa menjadi seorang hafiz Quran pada usia 17 tahun, anaknya tersebut juga bisa diterima di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo tanpa melalui tes dan tanpa biaya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saat anak saya usia 17 tahun, saya merasa dihadiahi dia yang menjadi hafiz. Saya lalu berpikiran gimana caranya biar orang-orang yang memiliki kondisi yang sama bisa terus berkembang [seperti anak saya],” terang Dewi saat ditemui Solopos.com, Rabu (1/2/2023).

Keberuntungan yang diterima Dewi Aminah tidak berhenti di situ. Berawal dari upaya untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi anaknya yang mengidap autisme, Dewi justru memiliki usaha yang kini jadi penopang hidupnya. Produk makanan dari Iswara Food yang dirintis olehnya laku terjual dan diminati banyak pengusaha kuliner.

Ekspedisi Mudik 2024

Wanita berusia 50 tahun ini merintis usaha miliknya dengan resep penyedap rasa yang ia gunakan sebagai pengganti micin. Micin merupakan salah satu penyedap masakan yang tidak boleh dikonsumsi anaknya yang mengidap autisme.

“Iswara Food ini rintisannya dari pengalaman kehidupan pribadi, saya mempunyai anak yang autisme dan hiperaktif. Ketika berusia 2-3 tahun, anak saya hanya suka makan ayam KFC atau MCD. Padahal, waktu itu saya juga harus mengumpulkan uang, buat obat,” terang Dewi.

Selain itu, anaknya memang tidak diperbolehkan makanan olahan pangan yang terdapat pengawet, micin, dan tidak boleh tepung biasa, harus tepung mocaf. Tepung mocaf termasuk ke dalam produk edible cassava flour seperti halnya tepung singkong.

Mocaf memiliki karakteristik yang spesifik jika dibandingkan dengan tepung singkong pada umumnya. Mocaf memiliki kadar protein yang lebih rendah daripada tepung singkong karena protein berkurang saat proses fermentasi.

“Anak saya setelah makan KFC atau bahkan ayam crispy pinggir jalan, langsung mengeluh pusing. Selain itu harganya juga mahal,” ujar Dewi.

Berbekal hobi memasaknya, Dewi akhirnya menemukan penyedap rasa alami yang ia buat dari rempah-rempah yang menghasilkan rasa gurih. Penyedap rasa itu berasal dari daun basil, thyme, dan oregano. Dari ketiga bahan inilah, ia menduplikasi rasa yang sesuai keinginan putranya.

“Terus anak saya bilang kalau ayamnya kurang empuk, saya pikir lagi gimana caranya. Ternyata setelah coba berkali-kali, pakai garpu, daun pisang, dan lain-lain. Ternyata pengempuk daging tersebut bisa menggunakan kulit cabai, karena cabai itu basisnya panas ya, jadi bisa buat pengempuk,” ujar Dewi.

Dewi kemudian membagikan resep tersebut kepada tetangganya pada 2018. Selanjutnya pada 2019. ia membuka pelatihan yang memang ditujukan kepada orang yang memiliki kondisi ada keterbatasan kemampuan, baik dari segi biaya, ataupun fisik.

Pelatihannya ia buka secara gratis yang dimulai di rumahnya sendiri dengan jumlah peserta maksimal 15 orang. Pelatihan itu kemudian berkembang. Ia seringkali diundang sebagai pembicara karena ia juga aktif dalam kegiatan Muhammadiyah.

Dewi mengaku ia menjadi supplier bagi pengusaha kuliner, baik bumbu ataupun tepung bikinannya. Produknya laku hingga luar kota, seperti Lampung, Purwokerto, dan lain-lain.

Sekali pesanan ia bisa mengirim hingga 500 kilogram baik tepung ataupun produk penyedap rasa dan pengempuk daging. Produk miliknya telah tersertifikasi halal, P-IRT, dan telah terdaftar HAKI. Iswara sendiri ia ambil dari nama cucunya yang bermakna pejuang perempuan.

Untuk produk penyedap dan pengempuk daging ukuran 250 gram, ia banderol dengan harga Rp50.000/kemasan eceran. Untuk pengusaha kuliner dijual seharga dengan Rp35.000/kemasan. Satu kemasan ini bisa untuk sepuluh kilogram daging.

Sementara itu untuk tepung crispy dijual dengan harga eceran Rp20.000/kemasan, untuk pengusaha Rp15.000/kemasan, dan untuk dijual kembali Rp12.000/kemasan.

Terjun di bisnis kuliner ini memang tidak asing baginya. Sebelumnya saat Dewi berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), ia telah memiliki bakat berbisnis dengan cara menyewa dua ruko indekos. Satu untuk ia tinggal, yang satu untuk ia menjual berbagai kebutuhan anak indekos dengan sistem kantin kejujuran.

Selain itu sebelum merintis usaha kuliner, Dewi merupakan pedagang batik di Pasar Klewer yaitu Griya Izzati. Saat Pasar Klewer terbakar dulu, usaha dagang batik Dewi menjadi nol kembali. Dengan begitu, dia memulai usahanya kembali. Dewi juga merambah ke usaha kuliner.

Belum lama ini ia memberi pelatihan pembuatan ice cream dan penggorengan ayam crispy kepada masyarakat difabel dan tuna rungu. Ia mengaku terharu ketika istri narapidana yang tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga karena suaminya yang dipenjara mengikuti pelatihan.

Oleh sebab itu ia getol memberikan pelatihan-pelatihan kepada kaum perempuan supaya mempunyai penghasilan sendiri dan mampu menopang ekonomi keluarga. “Kalau saya buka franchise, tentu akan sangat untung. Tapi tidak, kami bergerak di akar rumput saja, biarkan pohon rindang [pemerintah dan pengusaha besar] yang menaungi kami,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya