SOLOPOS.COM - Aktivitas di Bank Sampah Salingsih, Kelurahan Bener, Kota Jogja, DIY, Senin (20/9/2021). (Yosef Leon/Harian Jogja)

Solopos.com, JOGJA — Semangat penerapan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) tidak hanya bisa diterapkan pada sampah. Bank sampah Salingsih Kelurahan Bener, Tegalrejo, Jogja, DIY menerapkan pola itu pada sisa bekas minyak goreng atau yang biasa disebut minyak jelantah (mijel) untuk diolah menjadi sabun.

Bendahara Bank Sampah Salingsih Bener, Eka Astuti mengatakan, minat warga untuk menabung di bank sampah tersebut cukup tinggi. Manfaat yang dirasakan warga berupa lingkungan kian bersih dan mendapat pundi-pundi rupiah menjadikan pengelolaan bank sampah optimal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bank sampah itu mengolah berbagai macam sampah menjadi pelbagai macam barang bernilai ekonomis, satu di antaranya adalah sabun mijel. Sabun ini biasanya digunakan untuk mencuci serbet dan bagian kerah baju. Penggunaannya tidak disarankan untuk kulit atau kain berbahan lembut.

“Dalam mengolah mijel menjadi sabun itu dikasih soda api dan pewarna juga kemudian pewangi. Lalu dicetak menjadi sabun mijel, yang khusus untuk mencuci serbet atau kerah baju yang kotor, bukan untuk pemakaian kulit atau kain lembut,” ujar Eka,  seperti dilansir Harian Jogja, Senin (20/9/2021).

Baca Juga: Gangguan Layanan Indihome dan Telkomsel Jadi Trending Topic, Ini Tanggapan Telkom

Dia menjelaskan, dalam pengolahannya satu resep sabun mijel membutuhkan sedikitnya satu liter mijel. Mijel itu disisihkan dari sebagian minyak yang disediakan warga setiap bulannya. Dan kini telah dipasarkan dari rumah ke rumah.

“Diolah disini dengan warga sekitar kemudian juga dijual sendiri juga. Memang sangat bermanfaat untuk membersihkan kerah baju atau serbet. Satu resep itu butuh satu liter dan bisa menghasilkan sekitar 20 an lebih sabun,” ujarnya.

Ketua RW 02 Bener, Susilo Pratomo menyebut, bank sampah itu berdiri sejak 2007 lalu dan sempat pasang surut pengelolaannya akibat pergantian pengurus. Kemudian kembali aktif pada 2009 dan terus dikelola sampai saat ini.

Baca Juga: Modus-Modus Baru Bermunculan, 954 Domain Situs Investasi Bodong Diblokir

“Jumlah nasabah meningkat terus. Sekarang nasabah sudah mencapai 107 dari 198 KK. Kita akan sosialisasi terus agar nasabah bertambah dan keinginan untuk mengolah sampah itu tinggi,” ujarnya.

Dalam sebulan, warga menyetorkan sampah ke tempat pengelolaan sebanyak satu kali yakni pada minggu ke tiga setiap bulan. Sistemnya bisa ditabung dulu dengan sistem pencatatan di buku tabungan atau bisa pula langsung dicairkan sesuai dengan kebutuhan warga.

“Sudah ada beberapa program dari kami, yakni mengubah sampah jadi kerajinan daur ulang misalnya tempat minum, tas, pot dari bekas handuk, dan lain sebagainya. Kemudian yang organik itu kita olah lagi menjadi pupuk kompos untuk gerakan penghijauan dibuat seperti model biopori. Dan kalau sampah yang tidak bisa diolah itu dijual ke pengepul,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya