SOLOPOS.COM - Setiawan menunjukan contoh SPAH Segoro Amarto yang akan dikembangkan oleh Pemkot Jogja (Ujang Hasanudin/JIBI/Harian Jogja)

Inovasi warga Bangirejo untuk memanfaatkan air hujan

Harianjogja.com, JOGJA — Menghadapi musim penghujan, warga Kampung Bangirejo, Kelurahan Karangwaru, Kecamatan Tegalrejo, warga mempersiapkan diri. Mereka mulai membuat Sumur Pembuangan Air Hujan (SPAH). Namun sumur yang dibuat warga ini bukan sekadar penampung air hujan. Lebih dari itu sumur yang didesain warga ini menampung air hujan sekaligus mengalirkan ke dalam sumur warga untuk ketersediaan air bersih konsumsi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga : INOVASI WARGA : Panen Air Hujan dengan SPAH Segoro Amarto

Herman Setiawan, warga Bangirejo mengaku ide tersebut bukan murni idenya melainkan ide warga yang tergabung dalam Forum Kampung Panca Tertin (FKPT), ia termasuk penasehat di dalamnya. Sekitar 1,5 bulan lalu FKPT berdiskusi dua persoalan yang sering melanda Kampung Bangirejo, yakni soal genangan air dan minimnya ruang terbuka hijau.

Dari diskusi tersebut awalnya diusulkan untuk membuat seumur resapan saja. Namun, kata Setiawan, sumur resapan sudah banyak dibangun Pemerintah Kota Jogja meski hasilnya masih terjadi genangan air, karena wilayah Bangirejo lebih rendah dari jalan raya.

Disisi lain setiap kali musim kemarau, sumur warga juga mengalami pendangkalan karena banyaknya pembangunan di sekitar kampung. Bahkan penggalian sumur baru keluar air setelah 12 meter penggalian.

Akhirnya muncul ide untuk menampung air hujan, namun bukan air hujan dari genteng rumah yang ditampung melalui bak seperti yang sudah diterapkan di beberapa wilayah. “Kami menampung air hujan dari genangan dari jalan dan pemukiman,” kata Setiawan, Senin (18/9/2017).

Ketika ide tersebut disosialisasikan kepada warga, tidak hanya warga yang mendukung, bahkan diakui Setiawan, banyak beberapa pengusaha di sekitar Jalan Wolter Mongonsidi yang juga mendukung dari segi pendanaan.

Untuk membuat satu SPAH Segoro Amarto dibutuhkan dana sekitar Rp4 juta. Satu SPAH membutuhkan lima bis beton dan pipa delapan meter. Proses pembangunan SPAH sebanyak 105 tersebut sudah dimulai sejak kemarin, setelah sehari sebelumnya diresmikan oleh Wali Kota Jogja, Haryadi Suyuti. Menurut Setiawan yang juga sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Karangwaru, wali kota tertarik dan berencana akan  menjadikan SPAH Segoro Amarto menjadi prototipe untuk dipromosikan ke wilayah lain.

Kepala DPUPKP Kota Jogja, Agus Tri Haryono membenarkan SPAH Segoro Amarto akan menjadi contoh untuk diterapkan di beberapa kampung lainnya. Ia mengapresiasi warga Bangirejo yang secara swadaya mengembangkan SPAH.

Menurut Agus, Kampung Bangirejo selama ini memang menjadi langganan terjadinya genangan air karena kawasannya yang rendah. Aliran air hujan di Bangirejo merupakan limpahan dari kawasan Jogja bagian utara dan sebagian wilayah pinggiran Jogja yang sudah banyak peralihan lahan.

Agus mengatakan Karangwaru merupakan salah satu kawasan kumuh yang banyak mendapat sentuhan program kegiatan dari nasional salah satunya melalui program tanpa kumuh (Kotaku) dan penataan. “Dengan semangat gotong royong warga menjadikan kampung nyaman huni sekarang kawasan Kumuh di Karangwaru hampir mencapai nol persen,” kata dia, namun Agus tidak menyebut berapa hektare kawasan Kumuh Kampung Waru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya