SOLOPOS.COM - Sketsa wajah Raden Ngabehi Ronggowarsito. (Youtube)

Solopos.com, SOLO — Ramalan Ronggowarsito dan Jayabaya sampai saat ini hidup sebagai mitos yang masih dipercaya sebagian masyarakat Jawa. Kedua orang tersebut dianggap sebagai peramal ulung di Nusantara pada zamannya.

Sebagian peneliti menyebutkan ada keterkaitan antara kedua ramalan tersebut. Sebagai informasi, Ronggowarsito adalah peramal ulung dari Keraton Solo. Sementara Jayabaya adalah Raja Kediri yang masyhur.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dikutip dari Liputan6.com, Selasa (21/12/2021), Ramalan Jayabaya memiliki tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat Jawa. Pewaris manuskrip tertua Jayabaya Serat Kalatidha adalah Keraton Surakarta Hadiningrat. Serat Kalatidha digubah pujangga keraton Raden Ngabehi Ronggowarsito 1,5 abad silam.

Baca juga: Inilah Bukti Kesaktian Ramalan Jayabaya

Karya tersebut menjadi sumber inspirasi untuk mempertajam mata dan telinga batin, menaklukkan hawa nafsu, dan menangkap tanda-tanda alam. Ramalan tersebut berupa bait-bait kakawin atau tembang yang dinilai sebagai karya Adiluhung, karena memiliki tingkat kesusastraan yang amat tinggi.

Ramalan Jayabaya

Ramalan Jayabaya menjadi salah satu ramalan yang paling populer sepanjang sejarah Nusantara. Meskipun banyak simpang siur terkait asal mula ramalan ini, namun kebanyakan sumber meyakini ramalan tersebut berasal dari Kitab Asrar (Musarar) yang digubah Sunan Giri Perapan (Sunan Giri ke-3) yang dikumpulkan pada tahun Saka 1540 = 1028 H = 1618 M. Jadi, penulisan sumber ini sudah ada sejak zaman Sultan Agung dari Mataram bertakhta (1613-1645 M).

Meski demikian, Kitab Jangka Jayabaya yang pertama dan dipandang asli, adalah buah karya Pangeran Wijil I dari Kadilangu (Pangeran Kadilangu II) yang ditulis pada tahun 1666-1668 Jawa = 1741-1743 M. Sementara Jangka Jayabaya yang dikenal saat ini adalah gubahan Kitab Musarar karangan Sunan Giri ke-3 tersebut.

Baca juga: Ronggowarsito, Peramal Ulung dari Keraton Solo

Ramalan Ronggowarsito

Sementara ramalan karya Ronggowarsito itu ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwono IX sekitar tahun 1862-1893. Selama ini, ramalan pujangga yang hidup di masa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu sering disejajarkan dengan Jangka Jayabaya karya Raja Kerajaan Kediri.

Pria bernama Raden Ngabehi Rangga Warsita itu dikenal sebagai pujangga besar terakhir di tanah Jawa. Dikutip dari Wikipedia, nama asli Ronggowarsito adalah Bagus Burhan. Dia adalah anak Mas Pajangswara, cucu buyut Yasadipura II, pujangga utama Keraton Solo.

Baca juga: Sultan HB X: Wabah Corona Seperti Digambarkan Ronggowarsito

Ayah Bagus Burhan merupakan keturunan Kesultanan Pajang sedangkan ibunya adalah keturunan dari Kesultanan Demak. Bagus Burhan diasuh oleh Ki Tanujaya, abdi dari ayahnya.

Setelah kematian Yasadipura II, Ranggawarsita diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya