SOLOPOS.COM - Kondisi arus lalu lintas di gapura gunungan wayang di Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Klaten, Kamis (6/5/2021) pagi. Lengangnya arus lalu lintas sebagai dampak diberlakukannya pelarangan mudik mulai, Kamis (6/5/2021).

Solopos.com, KLATENKabupaten Klaten dinilai memiliki sejumlah keistimewaan. Berbagai keistimewaan yang dimiliki Klaten tersebut seringkali menjadi magnet bagi warga di luar Klaten untuk berkunjung ke Kabupaten Bersinar.

Dikutip dari wikipedia, Kabupaten Klaten memili luas kurang lebih 655,56 kilometer persegi. Kabupaten Klaten memiliki 26 kecamatan dengan 10 kelurahan dan 391 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 1.304.519 jiwa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berikut ini beberapa keistimewaan Kabupaten Klaten:

1. Berada di antara Kota Solo dan Jogja

Keberadaan Kabupaten Klaten yang berada di tengah-tengah dua kota besar, Solo dan Jogja menjadi nilai plus bagi Kabupaten Bersinar.

Baca Juga: Wow! Rawa Jombor Ternyata Berpotensi Jadi Warisan Dunia Lo

Sebagai penghubung dua kota besar tersebut, di Klaten terdapat Jl. Solo-Jogja yang saban hari dilalui ribuan pengendara kendaraan dari Klaten dan luar Klaten. Di Klaten juga dilintasi kereta rel listrik (KRL). Tak lama lagi, Klaten juga akan dilintasi jalan tol Solo-Jogja. Hal itu menjadikan Klaten akan semakin dikenal masyarakat luas.

Saat arus mudik Lebaran 2022, Klaten dilintasi para pemudik dari berbagai daerah di Tanah Air. Klaten menjadi salah satu daerah yang menerima limpahan pemudik yang melintasi tol Jakarta-Solo. Klaten menjadi salah satu daerah perlintasan yang menghubungkan dua pintu tol Solo-Jakarta yakni di Kartasura dan Boyolali. Hal ini menjadikan daerah Klaten sangat vital.

“Pemudik ke arah Purworejo, Kulonprogo, Bantul, Jogja, Sleman, sebagian Wonogiri dan Sukoharjo lewatnya Klaten,” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Klaten, Supriyono, kepada Solopos.com, Jumat (15/4/2022).

2. Kota 1.000 Candi

Baca Juga: Rawa Jombor, Objek Wisata Tiada Duanya di Antara Solo-Jogja

Kabupaten Klaten seringkali dijuluki kota 1.000 candi. Hal ini tak terlepas dari banyaknya koleksi candi di Kabupaten Bersinar.

Candi di Klaten bercorak Hindu-Buddha. Candi di Klaten diperkirakan berdiri saat kerajaan Hindu-Buddha. Hal itu dinilai menjadi salah satu penyebab di Klaten banyak ditemukan candi.

Di antara candi yang berada di Klaten, seperti Candi Prambanan (dibangun abad ke-9 masehi), Candi Sewu (dibangun abad ke-8 masehi), Candi Plaosan (abad ke-9 masehi), Candi Lumbung (sekitar abad ke-9 dan ke-10 masehi), Candi Sojiwan (sekitar abad ke-9 masehi hingga ke-10 masehi), Candi Merak (sekitar abad ke-9 dan abad ke-10 masehi), Candi Gana, Candi Bubrah, dan lainnya.

3. Kota 1.000 Umbul

Baca Juga: Warga & Pemerhati Sayangkan Eks-Pabrik Karung Delanggu Klaten Dijual

Di Klaten juga banyak ditemukan umbul alias mata air. Hal itu menjadikan Klaten disebut sebagai kota 1.000 umbul.

Di antara umbul yang berada di Klaten tersebar di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Polanharjo, Kecamatan Tulung, Kecamatan Kebonarum, Kecamatan Ngawen, Kecamatan Jatinom, dan lainnya.

Beberapa umbul yang telah dikenal masyarakat luas, yakni Umbul Ponggok, Umbul Manten, Umbul Pelem, Objek Mata Air Cokro (OMAC) Tulung, Umbul Besuki, Umbul Nilo, Umbul Brondong, Umbul Brintik, Umbul Pluneng, dan lainnya.

4. Wisata di Lereng Gunung Merapi

Baca Juga: Mengenal Kenduri Ketupat, Tradisi Lebaran di Klaten

Kecamatan Kemalang menjadi salah satu daerah di Klaten yang berada di kaki Gunung Merapi. Di kecamatan ini menyimpan banyak pesona alam dengan pemandangan Gunung Merapi.

Di antara objek wisata yang nge-hits di era sekarang, yakni Jembatan Girpasang di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang. Di samping itu terdapat gondola dan 1.000 anak tangga.

Di beberapa lokasi lainnya, juga terdapat banyak destinasi wisata di lereng Gunung Merapi, seperti di Deles Indah (Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang) dan Kali Talang (Desa Balerante, Kecamatan Kemalang).

5. Rawa Jombor

Baca Juga: Deretan Kuliner Khas Klaten yang Harus Dicoba Wisatawan & Pemudik

Rawa Jombor berlokasi di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat. Rawa Jombor memiliki ukuran panjang 7,5 kilometer dengan kedalaman 4,5 meter. Rawa Jombor mampu menampung air sebanyak 4 juta meter kubik.

Saat ini, Rawa Jombor masih dalam tahap revitalisasi. Penataan dan revitalisasi itu bertujuan mengembalikan fungsi waduk sebagai tangkapan air dan sumber irigasi, Rawa Jombor digadang-gadang menjadi destinasi wisata unggulan yang tak kalah dibandingkan Telaga Sarangan, Jatim.

Bahkan, menurut hasil penelitian pakar lingkungan dari Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Suratman, menyebutkan Rawa Jombor termasuk bagian dari warisan geologi yang disebut Bayat Purba. Tempat itu telah lama terbentuk dan berpotensi sebagai situs geologi dan dapat menjadi warisan dunia. Untuk itu, diperlukan langkah konservasi guna merawatnya.



“Sesuai dengan pengelolaannya oleh BBWSBS, konservasinya diarahkan untuk irigasi dan ketahanan pangan. Kemudian, Rawa Jombor akan dijadikan wahana edukasi,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Jumat (22/4/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya