SOLOPOS.COM - Perajin karak bolon, MUhadi. (Istimewa-dok. pribadi Muhadi)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kepala Desa Bolon, Kecamatan Colomadu, Karanganyar, Muhadi, yang menjabat dua periode pada 2007-2013 dan 2013-2019 menekuni usaha sebagai perajin karak setelah masa jabatannya berakhir.

Muhadi, petahana yang mencalonkan diri lagi pada pemilihan kepala desa (pilkades) serentak Februari 2019 harus menyerahkan jabatan Kades Bolon kepada pesaingnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Empat tahun sebelum lengser, tepatnya 2 Januari 2015, Muhadi diam-diam merintis usaha bersama kerabat dan sejumlah ibu-ibu di Bolon. Usaha itu berdiri di bawah bendera kelompok Trampil Mandiri. Produk mereka dikenal dengan Karak Bolon, Karak Enak Tanpa Boraks.

“Berawal dari Bu Sudalmi datang ke kantor meminta surat rekomendasi dari kepala desa untuk pengajuan kredit ke bank. Dia bilang mau membuat karak karena mendapat ilmu dari kerabat jauh dan mau dipraktikkan,” tutur dia saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (18/7/2021).

Baca juga: Kisah Sukses Pemuda Karanganyar Raup Ratusan Juta Rupiah dari Jualan Ampyang dan Sambel Pecel

Selang 1,5 bulan, Muhadi kembali bersua dengan Sudalmi. Perempuan itu mengaku usahanya tidak lancar dan hendak menyerah. Di sisi lain, Muhadi menangkap momen itu dengan mengajak Sudalmi bekerja sama membentuk kelompok. Dia mengumpulkan tiga orang kerabatnya dan sejumlah ibu-ibu yang ingin belajar membuat karak. Anggotanya kala itu 12 orang.

“Modal awal saya Rp40.000 untuk beli beras, bumbu, dan lain-lain. Saya pasarkan laku. Katanya enak. Anggota sekarang yang masih bertahan hanya enam orang karena usaha ini butuh ketekunan dan ketelitian. Semua dikerjakan manual. Rata-rata keluar karena merantau dan istirahat,” tuturnya.

Kapasitas Produksi

Berawal dari tidak memiliki target produksi, kini Muhadi mematok kapasitas produksi enam orang itu 30 kilogram (kg) hingga 50 kg per hari. Maka kapasitas produksi per orang, yakni 4 kg hingga 5 kg. Semangatnya kala itu menjadikan Desa Bolon sebagai sentra produksi karak. Mimpi itu membutuhkan ketekunan.

“Mereka antusias dan semangat meskipun usaha ini butuh kesabaran dan ketelitian. Kendala saya saat penghujan karena kami mengandalkan panas matahari untuk menjemur. Beberapa kali saya mengajukan bantuan mesin pengering, tetapi memang belum bisa,” jelasnya.

karak bolon
Karak bolon. (Istimewa)

Lalu, apa istimewanya Karak Bolon yang melabeli diri sebagai Karak Enak Tanpa Boraks? Muhadi menyebut karak bikinannya tidak menyebabkan tenggorokan serak saat dimakan. Mereka tidak menggunakan boraks sebagai campuran dalam adonan.

“Kami insya Allah tanpa boraks atau orang Jawa menyebutnya cetitet. Itu [boraks] bukan campuran makanan jadi kalau dikonsumsi terus menerus membahayakan kesehatan. Nah, saya terinspirasi dari situ sehingga getol mengembangkan karak tanpa boraks,” ungkap dia.

Baca juga: UMKM Soloraya Didorong Bertransaksi Aman dengan QRis dan Qren

Kelompoknya menggunakan komposisi khusus sebagai campuran adonan. Tetapi karak bikinan mereka tetap digandrungi pembeli meskipun pihaknya tidak menambahkan boraks.

“Tambahkan bawang putih, garam, dan ketumbar pada adonan beras yang diliwet. Ketumbar membuat adonan tidak gampang pecah. Ini menggantikan fungsi cetitet. Kami campur sedikit tepung gandum untuk merekatkan,” tutur dia.

Setelah adonan jadi, perajin mencetak adonan tersebut sedikit demi sedikit menjadi karak berbentuk bulat dengan lebar setara lima hingga tujuh jari orang dewasa. Proses pencetakan manual sehingga sering ditemukan ukuran dan ketebalan karak berbeda. Tetapi, dia memastikan rasa karak bikinan satu perajin dengan perajin lain tidak berbeda.

“Kami mendapatkan bantuan alat penggiling adonan sehingga meringankan pekerjaan. Ada standar minimal kehalusan bumbu yang diulek maupun diblender. Semua butuh ketelitian makanya yang tidak sabar ya memilih keluar,” katanya.

Baca juga: Jual Produk ke Luar Negeri Tak Perlu Repot dengan Program Ekspor Shopee

Hal itu diduga membuat Karak Bolon istimewa. Lokasi produksi di rumahnya, Dukuh Jetak, RT 001/RW 012, Desa Bolon, Kecamatan Colomadu menjadi jujukan sejumlah institusi maupun kelompok tertentu yang ingin belajar maupun melakukan penelitian Karak Bolon.

Muhadi menyebut sejumlah orang yang datang untuk belajar itu karena penasaran. Mereka ingin tahu seenak apa karak yang dibuat tanpa boraks. Ada juga yang ingin memastikan apakah karak tanpa boraks itu hanya strategi pemasaran atau betul dilakukan.

“Kami tidak pelit ilmu. Kalau mau mengembangkan sendiri setelah belajar dari sini ya silakan. Kampanye kami tetap sama Karak Bolon, Karak Enak Tanpa Boraks. Pertama datang karena penasaran lalu menjadi langganan. Makanya kami tidak mencantumkan nomor telepon pada label kemasan biar orang penasaran lalu datang,” ujar dia terkekeh.

Dalam Bentuk Mentah

Muhadi menerapkan sistem penjualan tertentu dalam kelompok. Mereka mengizinkan anggota kelompok menjual karak langsung kepada pembeli, tetapi dalam bentuk mentah. Mereka juga tidak diperbolehkan mencantumkan label Karak Bolon. Di sisi lain, pembeli dapat menikmati Karak Bolon siap santap apabila membeli dari Muhadi.

“Karak bikinan anggota kelompok itu disetor kepada saya. Lalu saya jual matang dan mentah. Tapi anggota boleh menjual langsung. Dengan catatan jual mentah dan tidak boleh menurunkan harga. Harus sesuai kesepakatan. Itu untuk menjamin standar harga,” tuturnya.

Solopos.com berusaha menghitung keuntungan per anggota yang membuat karak. Dia mencontohkan kapasitas prosuksi satu orang perajin 3 kg per hari.

Baca juga: Cita Rasa Unik Teh Gambyong Buatan Pengusaha Karanganyar Tembus Berbagai Pulau



Satu kg karak dihargai Rp20.000. Keuntungan bersih mereka Rp 20.000-Rp25.000 dari 3 kg karak tadi. Dalam satu tahun mereka mendapatkan Rp7,2 juta hingga Rp9 juta dengan asumsi mereka produksi setiap hari.

“Makanya ini sebagai usaha sampingan di rumah. Buat menambah uang jajan. Semangat kami masih menjalankan usaha ini adalah kebersamaan dan ingin Bolon menjadi sentra karak,” ujarnya.

Perajin karak bolon, Muhadi (kiri), berfoto bersama istri Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Siti Atiqoh Supriyanti.
Perajin karak bolon, Muhadi (kiri), berfoto bersama istri Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, Siti Atiqoh Supriyanti. (Istimewa-dok pribadi Muhadi)

Tetapi, jangan memandang Karak Bolon sebelah mata. Karak bikinan kelompok Trampil Mandiri ini sering menjadi rujukan instansi, seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jateng maupun Dinas Perdagangan Tenaga Kerja Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagnakerkop dan UKM) Kabupaten Karanganyar.

Bantuan Alat dari Pemerintah

Muhari mengaku pernah mendapatkan pesanan 600 paket kemasan 200 gram dari Provinsi Jateng. Selain kemasan 200 gram, kelompoknya juga membuat karak kemasan 500 gram. Kemasan 200 gram dihargai Rp10.000 hingga Rp15.000 untuk kemasan khusus dan 500 gram Rp15.000. Karak matang kemasan ekonomis isi empat dijual Rp1.000 sedangkan kemasan standar isi 100 karak matang dijual Rp25.000.

“Kelompok kami mendapat apresiasi dari pemerintah. Beberapa kali mendapat bantuan alat. Kami juga menjadi binaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [BKKBN] kabupaten melalui program usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera [UPPKS],” tuturnya.

Baca juga: Bidik Pasar Milenial dan Generasi Z, Jualan Online Harus Cerdik

Muhadi mengaku tidak ingin berhenti mengembangkan kemampuan dan usahanya. Untuk memperluas wawasan dan ilmu pemasaran online, belum lama ini, dia mendaftar sebagai peserta UMKM Virtual Expo 2021.

Kegiatan itu diselenggarakan Bank Indonesia (BI) Solo bekerja sama dengan Solopos Media Group. Dia mengaku ingin memperluas jaringan melalui berbagai kegiatan dan pelatihan.

“Saya terbuka untuk ilmu karena ingin menambah jaringan. Kalau sudah dikenal kan gampang dalam pemasaran. Katanya karak saya ini unik makanya saya terus ikut pelatihan apapun, dimanapun. Ingat karak ya Karak Bolon, Karak Enak Tanpa Boraks. Tenang, kami sudah mengantongi [produksi industri rumah tangga] PIRT pangan dan halal dari MUI,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya