SOLOPOS.COM - Pemuda Dusun Nglurah memanggul makanan dari bahan jagung dan sayur untuk acara Dukutan, Tawangmangu, Karanganyar. (Istimewa/Pemkab Karanganyar)

Solopos.com, KARANGANYAR — Tradisi Dukutan di Karanganyar, tepatnya di Kelurahan Nglurah di Kecamatan Tawangmangu, baru saja ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda. Penetapan ini dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Tradisi ini sudah melekat secara turun temurun di kalangan warga di lereng Gunung Lawu. Dukutan merupakan tradisi untuk merawat perdamaian gaya masyarakat Jawa.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Seperti dikutip Solopos.com dari liputan6.com, Kamis (4/11/2021), tradisi Dukutan rutin digelar warga Nglurah, Tawangmangu, Karanganyar. Tradisi ini rutin digelar tiap Selasa Kliwon di wuku Dukut (kalender Jawa). Kegiatan ini melibatkan para pemuda dan warga dari dua wilayah pedukuhan yakni Nglurah Lor (Utara) dan Nglurah Kidul (Selatan).

Dukutan digelar di situs Candi Menggung yang merupakan leluhur Dusun Nglurah. Candi Menggung adalah situs yang dikeramatkan oleh warga Nglurah. Warga meyakini bahwa leluhur mereka, Kyai dan Nyai Menggung, bersemayam di punden itu. Leluhur yang dipertemukan dengan permusuhan dan berakhir melalui perdamaian.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Fix! Tradisi Mondosiyo dan Dukutan di Karanganyar jadi Warisan Budaya

Upacara dimulai saat iring-iringan yang diawali sesepuh kampung diikuti lelaki pembawa sesaji, ibu-ibu, dan warga lain menaiki tangga Situs Menggung. Lelaki pembawa sesaji mengenakan pakaian menyerupai prajurit. Atasan lurik dan bawahan celana selutut ditutupi jarit/kain.

Sesaji yang dipanggul itu ditata pada tampah persegi. Tampah adalah alas dari pelepah dan daun pisang. Isi sesaji sama, yaitu tungku berisi bara api dan kemenyan, aneka bunga, jajan pasar, hasil bumi, nasi jagung, gudangan, kendi berisi air sendang, dan lain-lain.

Kemudian sesaji diletakkan di dekat arca berbentuk lingga dan yoni di komplek Situs Menggung. Sesepuh kampung berdiri di luar situs dekat pohon yang diduga berusia ratusan tahun. Dia menengadahkan dua tangan dan merapal doa. Sesaji yang sudah didoakan dibagikan kepada lelaki yang berdandan menyerupai prajurit.

Mereka memeluk pincuk daun pisang berisi peluru. Peluru-peluru yang berupa isi sesaji ini sudah diremas-remas untuk kemudian dilempar kepada warga yang hadir sambil mengelilingi bagian dalam komplek Situs Menggung.

Baca Juga: Tradisi Mondosiyo Di Karanganyar Diwarnai Upacara Lempar Ayam, Apa Maknanya?

Hoe….. Hore…..Hla kae wong e!” teriak para petugas berpakaian prajurit itu sambil melemparkan sesaji di pincuk ke luar kompleks situs.

Pertikaian Dimulai

Saat melempar inilah yang menjadi simbol pertikaian. Banyak yang usil melemparkan ke kerumunan warga. Bahkan sengaja mencari-cari jika ada warga yang bersembunyi. Mereka memburu warga hingga ke ladang. Karena ladang posisinya lebih tinggi dari tempat upacara, mereka banyak yang berlari mengejar.

Dramaturgi harus dituntaskan. Agar pertikaian itu benar-benar hidup dan memiliki jiwa, warga menghindari lemparan peluru berupa makanan itu. Alasannya sepele, bau yang tak sedap.

Menurut Wagimin, tokoh Kampung Nglurah, tak semua orang memasak sesaji dan makanan kenduri. Perempuan yang memasak tidak boleh dalam kondisi haid dan harus mandi besar. Mereka tidak boleh menggunakan bahan dari beras dan ayam.

Tumpeng yang dijadikan sesaji terbuat dari nasi jagung. Ingkung pada sesaji dan kenduri diganti tempe bakar. Tamu yang datang mendapat suguhan gandik.

Baca Juga: TRADISI KARANGANYAR : Warga Colomadu Ikuti Sadranan Massal di Makam Moren

Gandik adalah makanan yang ada dalam tradisi Dukutan. Ini adalah makanan lokal yang terbuat dari jagung putih lokal yang direndam dan ditumbuk. Ada dua jenis, gandik cokelat yang terasa manis karena dicampur gula kelapa, dan gandik putih yang terasa gurih. Semua yang hadir, baik warga desa maupun bukan kebagian gandik yang berukuran dua jari orang dewasa.

“Ada punar [makanan dari jagung] warna kuning dari kunir, hitam dari arang, dan merah dari gula. Tidak semua orang tahu,” kata Wagimin.

Makanan yang disantap saat kenduri berbeda dengan yang disiapkan untuk sesaji. Wagimin menyebut perbedaan pada warna, bentuk, dan ukuran. Makanan kenduri terdiri dari nasi jagung, panggang tempe, bongko, ares, botok. Semua makanan ditata pada wadah dari daun dan pelepah pisang.

“Nggak boleh dicicipi saat masak. Tetapi rasanya selalu enak dan pas,” tambahnya.

Akhir Drama

Lalu bagaimana dengan pertikaian yang berakhir damai?

Digambarkan dengan kedatangan kedua rombongan pemuda. Masing-masing kelompok mendandani dirinya agar tampak lebih garang dari lawannya. Mereka akan dipertemukan pada sebuah area yang telah ditentukan.

Baca Juga: Ini Dia Kesenian Andalan Karanganyar untuk Jadi Kabupaten Kreatif

Kedua kubu yang telah tersulut adrenalinnya itu kemudian saling ejek satu sama lain. Sangat kolosal. Menuju klimaks, kedua kelompok diajak mengelilingi makam leluhur mereka sambil membawa keranjang berisi sajian yang telah disediakan tadi.



Skenario berlanjut, saat mengelilingi makam inilah ada yang memprovokasi, suasana berubah riuh ketika para pemuda dari dua wilayah tadi mulai saling melempar makanan dalam keranjang. Ketika kelelahan mereka berhenti dan makan bersama. Di situlah perdamaian terwujud.

Tradisi ini berdasar kisah bermula dari pengembaraan yang kemudian tinggal di Nglurah Lor. Dalam pengembaraannya bertemu dengan Nyai Roso Putih dari Nglurah Kidul yang sakti. Pertemuan itu justru berlanjut dalam kekisruhan dan adu kekuatan hingga melibatkan warga dari dua wilayah.

Kisah pertempuran kedua sosok itu akhirnya berakhir bahagia karena akhirnya saling mencintai. Mereka menikah dan hidup bahagia bersama para warga dari dua dusun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya