SOLOPOS.COM - Nitya Ade Santi, wanita Sragen yang menjadi lulusan termuda program doktor IPB 2022. (Instagram/nityaad)

Solopos.com , SRAGEN — Seorang peremuan asal Sragen bernama Nitya Ade Santi, belakangan menjadi perbincangan. Prestasinya meraih gelar doktor di usia yang terbilang masih sangat muda, yakni 25 tahun, menjadi alasan di baliknya.

Warga Secang, Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen itu kini menjadi tenaga ahli Indonesia Forestry and Other Land Use (FoLU) Net Sink di bawah naungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berikut ini profil lengkap Nitya Ade Santi:

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Wanita berambuh sebahu ini lahir di Karanganyar, 17 Februari 1997. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Purwoto dan Sri Yanti. Ia masuk SD di usia yang masih sangat mudah, yakni 5 tahun. Tak heran usianya masih 11 tahun saat lulus SDN Jetis 2.

Nitya kemudian melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Sragen dan mengambil kelas akselerasi. Hanya butuh dua tahun baginya untuk lulus lulus SMP. Nitya kemudian masuk SMA Negeri 2 Sragen dan lulus di usia 16 tahun.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Luar Biasa, Alumni SMAN 2 Sragen ini Raih Gelar Doktor di Usia 25 Tahun

Ia lantas menempuh pendidikan S1 Manajemen Hutan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan lulus di usia 20 tahun. Nitya lantas melanjutkan studi S2 mengambil Pengelolaan Hutan IPB dan S2 di Tropical International Forestry di University of Gottingen, Jerman. Ia lulus di usia 23 tahun. Dua tahun berselang, Nitya berhasil menyelesaikan S3 Ilmu Pengelolaan Hutan IPB.

Karena kepintarannya, Nitya tak perlu meminta orang tua untuk membiayai kuliahnya. Pasalnya, ia mendapat beasiswa sejak ia menempuh S1 hingga S3. Pertama beasiswa dari Toronto Foundation, kemudian Beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor Untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, dan Beasiswa Erasmus Mundus Keyaction saat menempuh pendidikan S3.

Nilai Fisika 5,25

Perempuan yang kini berdomisili di Bogor ini saat SMA pernah “divonis” tak bisa masuk S1 karena nilai fisikanya jelek. Asisten profesor dalam mengampu mata kuliah Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengelolaan Sumber Daya Hutan ini mengakui nilai Ujian Nasional mata pelajaran Fisikanya jelek, yakni 5,25. Tapi ia tak pernah berkecil hati.

Baca Juga: Joss! Modal Beasiswa, Anak Buruh di Sragen Jadi Doktor Termuda IPB 

Ia juga mengaku awalnya tak terpikir bakal menempuh pendidikan S3 mengingat latar belakang orang tuanya.

“Kalau dipikir agak mustahil ya, anak guru SD sama buruh pabrik bisa jadi doktor dan lulus S3. Tapi ya karena doa beliau [orang tua], dipermudah prosesnya, dapat beasiswa,” kata Nitya saat dihubungi Solopos.com melalui Whatsapp, Senin (18/7/2022).

Salah satu guru SMA Negeri 2 Sragen, Titik Purwandari, mengenang Nitya sebagai anak yang ceria dan semangat. “Alhamdulillah bersyukur sekali, bangga dan senang. Yang langsung terbesit di pikiran saya alumni SMANDA [SMA 2 Sragen] bisa berprestasi dan bisa jadi motivasi tersendiri buat siswa kami,” ungkap guru pengampu mata pelajaran Matematika itu saat dihubungi Solopos.com melalui Whatsapp, Selasa (19/7/2022).

Selama kuliah, Nitya mengaku konsisten membawa laptop ke mana pun. Nitya menempuh semester III dijenjang S2 Tropical International Forestry, University of Gottingen, Jerman bersamaan dengan kuliah semester I di S3 Ilmu Pengelolaan Hutan IPB.

Baca Juga: Keren! Ammar Hudzaifah Atlet Difabel Karanganyar Punya 10 Medali Emas

Kuliahnya sama-sama dilaksanakan secara offline. Waktu S2 di Jerman, Nitya mengikuti program pertukaran mahasiswa pada 2020 sembari kuliah S3 di IPB. Namun di Jerman, Nitya hanya mengikuti perkuliahan. penelitian S2 Tropical International Forestry ia lakukan di Jambi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya