SOLOPOS.COM - Ilustrasi kerumunan orang. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Dalam sebuah video viral yang memperlihatkan sosok diduga Rizky Billar lempar bola biliar ke Lesti Kejora terlihat sejumlah orang hanya diam menyaksikan peristiwa tersebut dan sama sekali tidak menolong korban dalam hal ini Lesti Kejora. Rupanya hal itu juga menjadi perhatian warganet.

Ternyata hal ini ada penjelasan ilmiahnya. Simak ulasannya di info sehat kali ini. Dalam video viral itu terlihat lemparan Billar meleset lantaran Billar jatuh terpeleset.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Peristiwa itu terjadi di depan banyak orang. Namun orang-orang hanya melihat dan tidak ada yang berusaha menolong Lesti Kejora. Tak sedikit warganet menyesalkan mengapa orang-orang di sekitar Leslar hanya diam menyaksikan peristiwa tersebut.

“Apa gunanya orang2 yg berdiri disitu ga ngapa-ngapain liat tindakan kriminal terjadi didepan mata mereka. Malah ada yang niat betulin baju bilar yg kesingkap,” tulis @bundamiano dikutip dari Instagram @rumpi_gosip pada Rabu (12/10/2022).

Baca Juga: Polisi Tanggapi Video Rizky Billar Lempar Bola Biliar ke Lesti Kejora

“Heran si disitu banyak orang tp knpa pd diem smua,” tulis @icha.fidia.

“Segito bnyak nya org laki ga ad 1 pn yg nolongin lesti, cuma pada ngeliyatin doang,” tulis @widuryshofa.

“Itu orang2 yg disitu kok tega ya cuma ngeliatin aja gak ada tindakan,” tulis @wiwik24.

Baru-baru ini viral video diduga Rizky Billar melakukan kekerasan dalam rumah tangga dengan melempar bola biliar ke arah Lesti Kejora.

Perilaku orang hanya diam saja seperti terlihat di video Rizky Billar tersebut kerap dikenal dengan istilah bystandar effect. Dilansir dari Very Well Mind, Rabu (12/10/2022), istilah bystandar effect mengacu pada fenomena di mana semakin besar jumlah orang yang hadir, semakin kecil kemungkinan orang untuk membantu seseorang dalam kesulitan.

Baca Juga: Rizky Billar Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus KDRT terhadap Lesti Kejora

Ketika situasi darurat terjadi, saksi lebih mungkin untuk mengambil tindakan jika ada sedikit atau tidak ada saksi lain. Menjadi bagian dari kerumunan besar membuatnya jadi tidak ada satu orang pun yang harus bertanggung jawab atas suatu tindakan (atau kelambanan).

Dalam serangkaian studi klasik, peneliti Bibb Latané dan John Darley menemukan bahwa jumlah waktu yang dibutuhkan peserta untuk mengambil tindakan dan mencari bantuan bervariasi tergantung pada berapa banyak pengamat lain di dalam ruangan.
Dalam satu percobaan, subjek ditempatkan di salah satu dari tiga kondisi perlakuan: sendirian di sebuah ruangan, dengan dua peserta lain, atau dengan dua konfederasi yang berpura-pura menjadi peserta normal.

Saat para peserta duduk mengisi kuesioner, asap mulai memenuhi ruangan. Ketika peserta sendirian, 75 persen melaporkan asap tersebut kepada para peneliti. Sebaliknya, hanya 38 persen peserta di sebuah ruangan dengan dua orang lainnya melaporkan asap. Pada kelompok terakhir, dua konfederasi dalam percobaan mencatat asap dan kemudian mengabaikannya, yang mengakibatkan hanya 10% dari peserta yang melaporkan asap.

Baca Juga: Belajar dari Lesti-Billar: KDRT Bukan Lagi Masalah Pribadi

Eksperimen tambahan oleh Latané dan Rodin (1969) menemukan bahwa 70 persen orang akan membantu seorang wanita dalam kesusahan ketika mereka adalah satu-satunya saksi. Tetapi hanya sekitar 40 persen yang menawarkan bantuan ketika orang lain juga hadir.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya