SOLOPOS.COM - Tampak depan Stasiun Jebres (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Solopos.com, SOLO — Sebelum dinamai Stasiun Jebres Solo seperti sekarang, ternyata di awal berdirinya stasiun yang berlokasi di timur Jl Urip Sumoharjo itu mempunyai nama lain.

Berdasarkan penelitian yang dilaporkan oleh Universitas Atma Jaya Yogyakarta dalam situs resminya, nama Stasiun Jebres pada zaman dahulu lebih dikenal dengan Stasiun Staats Spoorwegen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal ini dikarenakan stasiun tersebut dibangun oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staats Spoorwegen (SS) pada tahun 1884 di atas
lahan milik Keraton Solo.

Baca Juga:  Katanya Mirip Masjid Agung Demak, Ini Lokasi Masjid Tertua di Jateng

Pembangunan Stasiun Jebres Solo bertujuan untuk membantu pengangkutan barang, berupa komoditas hasil tanaman industri, yakni gula dan tembakau. Kala itu, dua komoditas tersebut menjadi andalan di wilayah Soloraya.

Dua komoditas tersebut kemudian dikirim ke Pelabuhan Cilacap untuk dikirim ke Eropa. Akan tetapi, setelah jalur KA Kroya-Cirebon tersambung pada 1917, pengiriman diganti menuju Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.

Baca Juga:  Selain Jadi Juru Kunci Gunung Merapi, Ini Pekerjaan Mas Asih Sekarang

Sementara itu, di situs resmi Kebudayaan Kemdikbud, stasiun ini dahulu juga berperan sebagai stasiun penghubung bagi penumpang dari Jakarta menuju Madiun atau Surabaya.

Hal ini yang mengakibatkan pada zaman dahulu kerap ditemukan penumpang dari Jakarta yang menginap di Stasiun Jebres Solo guna melanjutkan perjalanan ke Surabaya.

Baca Juga: Kamu Bisa Dapat Mobil Daihatsu Rocky Seharga Rp120.000, Kok Bisa?

Di stasiun ini juga dilengkapi gudang yang digunakan sebagai bongkar muat KA barang dari Semarang maupun Surabaya.

Wabah Pes di Solo Bermula dari Stasiun Jebres

Dalam sebuah laporan serah terima jabatan Residen Surakarta, Harloff pada 1922, disebutkan tahun 1915 terjadi wabah pes di Solo yang diduga berasal dari aktivitas sirkulasi barang di stasiun ini.

Masih dalam catatan tersebut dituliskan penyakit pes pertama kali diketahui karena ada tikus yang mati dalam jumlah banyak di gudang beras dekat Stasiun Jebres Solo.

Baca Juga:  Apakah Hidrosefalus pada Anak Bisa Sembuh?

Pada pekan pertama, penyakit pes ini menyebar di daerah Jebres dan menular ke kampung-kampung lainnya di Solo. Penularan ini diduga melalui tikus-tikus yang tinggal di selokan di Solo.

Hanya perlu waktu empat bulan, seluruh kota tertular wabah yang disebut pertama kali muncul di Stasiun Jebres Solo ini, mulai Onderdistrik Kota, Pasar Kliwon, Serengan hingga Laweyan.

Baca Juga: Oalah, Ini Arti dari Wonogiri, Sudah Tahu Belum?

Tercatat dalam laporan Residen Surakarta Harloff 1922, jumlah kasus pes dalam triwulan I tahun 1915 ada 6 kasus, triwulan II ada 23 kasus, triwulan III ada 150 kasus, dan triwulan IV terdapat 1.207 kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya