SOLOPOS.COM - Kolom asap akibat erupsi Merapi yang terpantau di Desa Tlogolele, Selo, Boyolali, Minggu (21/6/2020). (Istimewa/Sekdes Tlogolele)

Solopos.com, SLEMAN -- Setelah mengalami dua kali erupsi pada Minggu (21/6/2020) kemarin dan gempa Pacitan, kondisi Gunung Merapi masih stabil. Badan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menegaskan gempa di Pacitan pada Senin (22/6/2020) tidak memengaruhi aktivitas Merapi.

Kepala BPPTKG Jogja Hanik Humaida menjelaskan letusan eksplosif sudah sering terjadi di Merapi. Pada tahun 2019 sampai saat ini tercatat terjadi sebanyak 15 kali letusan. Letusan dapat terjadi secara tiba-tiba atau dapat didahului oleh peningkatan aktivitas vulkanik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Getaran Gempa M5,0 Bangkitkan Trauma Gempa Klaten 2006

"Dalam hal terjadi peningkatan aktivitas vulkanik sebelum letusan, bentuknya beragam dan tidak konsisten. Sehingga tidak dapat dijadikan indikator akan terjadinya letusan eksplosif," kata Hanik, Senin, menjelaskan kondisi Gunung Merapi setelah gempa Pacitan.

Namun demikian, lanjutnya, terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik meningkatkan peluang terjadinya letusan eksplosif. Sebelum letusan eksplosif Minggu kemarin, kata Hanik, terjadi peningkatan kegempaan di Merapi.

Salatiga Zona Hijau, Tapi Masih Ada 30 Kasus Positif Covid-19

Peningkatan kegempaan terjadi sejak 8 Juni 2020 lalu didominasi peningkatan jumlah gempa vulkano-tektonik dalam (VTA). Kejadian letusan semacam ini masih dapat terus terjadi. Namun, gempa vulkanik Gunung Merapi tidak terkait gempa tektonik yang berpusat di barat daya Pacitan.

"Pada 20 Juni jumlah gempa VTA mencapai 18 kali. Dalam periode 8-20 Juni telah terjadi gempa VTA sebanyak 80 kali. Peningkatan gempa VTA sebelumnya terjadi pada Oktober 2019-Januari 2020 dengan energi yang lebih besar namun tidak diiringi dengan letusan," katanya.

Kedapatan Tak Pakai Masker Bareng Puluhan Anak, Ketua KPK: Saya Pakai 3

Cahaya Merah

Menurutnya, letusan-letusan eksplosif Gunung Merapi terjadi sebagai indikasi suplai magma dari dapur magma masih berlangsung, bukan karena gempa Pacitan. Ancaman bahaya sampai dengan saat ini masih sama yaitu berupa awan panas dan lontaran material vulkanik dengan jangkauan 3 km. Adapun volume kubah Merapi saat ini sebesar 200.000 meter kubik.

"Gunung api merupakan proses yang dinamis. Erupsi akan tergantung pada aktivitas magmatis di gunung api tersebut. Sejak Januari hingga Minggu kemarin, sudah terjadi 11 kali erupsi," katanya.

John Kei Divonis 16 Tahun Atas Kasus Pembunuhan, Cuma Dibui 6 Tahun

Kepala Seksi Gunung Merapu BPPTKG Agus Budi Santoso juga menegaskan gempa bumi magnitudo 5 di Pacitan tidak memengaruhi aktivitas Gunung Merapi. "Saat ini aktivitas Merapi relatif tenang. Dari data pemantauan, belum terlihat adanya pengaruh gempa tadi malam terhadap aktivitas Merapi," katanya.

Dia menjelaskan gambar visual malam hari yang seolah titik api diam Merapi berasal dari asap pekat di kawah. Kepulan asap yang panas dari kawah, katanya, merupakan aktivitas solfatara dan biasa terjadi di gunung api aktif.

Covid-19 di Grobogan Tambah 9 Orang, Total 73 Kasus Positif

"Cahaya merah [di puncak Merapi] hanya pendaran asap saja karena memang panas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya